Teras Malioboro News – Paska peristiwa kecelakaan di Subang yang menewaskan belasan siswa , persoalan study tour menjadi pembicaraan publik. Tentunya, peristiwa itu menjadi keprihatinan bersama dan merupakan satu peristiwa yang tidak diinginkan bersama.
Bahwa kecelakaan tersebut sebuah musibah, semua pasti sepakat. Namun, jika kita kembali membuka arsip-arsip catatan lama, peristiwa kecelakaan yang menimpa para siswa ini sudah sering sekali terjadi.
Meskipun demikian, sampai saat ini kegiatan ini masih terus diselenggarakan karena penyelenggara sekolah menganggap bahwa study tour atau perjalanan studi dianggap sebagai salah satu kegiatan penting dalam kurikulum sekolah.
Padahal, dengan tingginya risiko perjalanan terhadap para siswa selama menempub perjalanan ke lokasi wisata, selayaknya pihak sekolah perlu mempertimbangkan kembali dalam melaksanakan study tour. Padahal, setidaknya ada 7 alasan utama sehingga study tour sesungguhnya tidak perlu diselenggarakan oleh sekolah:
- Biaya yang Tinggi
Study tour biasanya memerlukan biaya yang cukup besar, baik untuk transportasi, akomodasi, maupun tiket masuk ke berbagai tempat tujuan. Hal ini bisa menjadi beban tambahan bagi orang tua siswa, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan finansial. Oleh karena itu, mengingat sekolah bertugas melayani semua kelas masyarakat , sebaiknya program sekolah fokus pada kegiatan yang lebih terjangkau dan merata untuk semua siswa.
- Keselamatan dan Keamanan
Mengorganisir study tour berarti bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan banyak siswa selama perjalanan. Risiko kecelakaan, sakit, atau insiden lain selama perjalanan bisa mengganggu kegiatan belajar mengajar dan membawa masalah hukum bagi sekolah. Oleh karena itu, sebaiknya sekolah menghindari risiko ini dengan meniadakan kegiatan study tour.
- Gangguan pada Jadwal Belajar
Study tour biasanya menjangkau lokasi yang jauh sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama, dan hal tersebut mengorbankan jadwal belajar siswa. Padahal, kurikulum itu menuntut semua materi untuk diselesaikan hingga tuntas. Dengan pelaksanaan Study Tour artinye sekolah mengorbankan waktu belajar efektif di kelas.
Baca Juga : Vredeburg Dipersiapkan Jadi Destinasi Wisata Malam
- Manfaat Terbatas
Walaupun study tour dapat memberikan pengalaman baru, manfaat pendidikan yang diperoleh sering kali tidak sebanding dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan. Pengalaman dan pengetahuan yang diharapkan bisa diperoleh dari perjalanan ini mungkin bisa didapatkan melalui metode pembelajaran lain yang lebih efisien , hemat dan tidak beresiko.
- Persiapan yang Rumit
Mengorganisir study tour membutuhkan persiapan yang rumit dan menyita waktu. Guru dan staf sekolah harus mengurus berbagai aspek, mulai dari perizinan, logistik, hingga pengawasan siswa selama perjalanan. Waktu dan tenaga yang digunakan untuk persiapan ini bisa lebih baik digunakan untuk kegiatan pendidikan lainnya yang lebih bermanfaat.
- Kesenjangan Sosial
Study tour bisa menciptakan kesenjangan sosial di antara siswa. Tidak semua siswa mungkin mampu untuk ikut serta karena alasan finansial atau lainnya. Hal ini bisa menyebabkan perasaan terasing atau inferior di antara siswa yang tidak bisa ikut, yang akhirnya bisa mempengaruhi iklim belajar di kelas.
Baca Juga : PASTHY , Destinasi Wisata Alternatif Yang Makin Digemari
- Alternatif Pembelajaran yang Lebih Efektif
Saat ini, ada banyak alternatif pembelajaran yang lebih efektif dan tidak memerlukan perjalanan jauh. Teknologi seperti virtual tour, video edukasi, dan simulasi interaktif dapat memberikan pengalaman belajar yang kaya tanpa harus meninggalkan sekolah sehingga program bisa difokuskan pada pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Oleh karena itu, meskipun study tour dapat memberikan pengalaman unik, sekolah harus mempertimbangkan dengan matang apakah manfaat yang diperoleh sebanding dengan biaya, risiko, dan gangguan yang ditimbulkan.
Atas dasar beberapa alasan tersebut maka sekolah dapat mengganti kegiatan study tour dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan lebih edukatif seperti : Proyek Kolaboratif, Penelitian maupun Kegiatan Pengabdian Terhadap Masyarakat.
Objek kegiatan cukup di lokasi yang dekat dengan sekolah sehingga tidak membutuhkan biaya tinggi dan sekolah mudah melakukan pengawasan. (*/ Sulist Ds )
Komentar