Saat Warga Dipukuli Aparat di Gunungkidul, Nikmatul Sugiyarto: Kenapa Membegal Suara Rakyat?

Politik185 Dilihat

TerasMalioboroNews-Pegiat media sosial (medsos), Nikmatul Sugiyarto, menyorot kondisi demokrasi di Indonesia yang mengalami kemunduran. Di mana warga negara mendapat uppercut dari aparat saat menunjukkan dukungannya, kala Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke Gununkidul, belum lama ini.

Melalui akun Facebooknya, Nikamtul Sugiyarto, miris melihat suara rakyat dibungkam oleh aparat dengan aksi kekerasan. Padahal, rakyat hanya ingin menunjukkan sikap, yang jauh dari kata mengancam keselamatan kepala negara.

Selian aksi pembegalan suara rakyat oleh oknum aparat di Gunungkidul, Nikmatul Sugiyarto menyebut sejumlah contoh lain. Di antaranya, rakyat mendapat intimidasi ketika hendak berjajar di pinggir jalan menyambut kedatangan Presiden dengan mengenakan kaus bergambar pasangan calon (paslon) nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Pun demikian, saat warga ingin melihat Jokowi yang sedang mesra-mesranya dengan calon presiden yang didukung sang Presiden, Prabowo Subianto, sedang makan bakso bareng, aparat juga bertindak represif. Dituturkan, uniknya semua warga yang menjadi korban represivitas aparat adalah mereka yang mendukung Ganjar-Mahfud.

“Mengapa harus begitu? Jokowi sedang asyik lho ngobrol dan menikmati semangkok bakso dan kelapa hijau, sedangkan rakyat hanya melihat pertunjukan yang disinyalir sebagai agenda semi kampanye itu,” katanya.

“Warga tidak mengganggu waktu santai yang dipertontonkan dua elite pemerintah itu, karena memakai kaos Ganjar adalah bagian dari hak setiap orang. Sama seperti yang dipaparkan Jokowi soal presiden dan menteri boleh kampanye dan memihak, setiap warga negara Indonesia juga memiliki hak politik apalagi demokrasi. Kenapa ada oknum aparat yang melarang-larang begitu, apa tujuannya?,” katanya.

Akhir-akhir ini, Nikmatul Sugiarto menegaskan, kejadian serupa sering nampak jelas dan sasarannya pasti pendukung 03. Padahal, rakyat hanya ingin menunjukkan bahwa partai yang mengusung Presiden, sudah menentukan pilihan.

“Itu bentuk kritik sekaligus aspirasi, tapi kenapa suara rakyat harus dibegal? Begitu sadis mereka memperlakukan rakyat di sekitar presiden langsung. Padahal rakyat yang mengamanahkan jabatan presiden pada Jokowi. Padahal mereka pemegang kunci siapa bakal pemimpin setelah Jokowi,” katanya.

Nikmatul Sugiyarto geram karena seakan-akan oknum tersebut buta dan tidak memahami bahwa rakyat memiliki hak demokrasi. Hak demokrasi tersebutlah yang dipakai untuk mengutarakan pendapatnya, pilihannya, mengeluarkan kritik dan sarannya.

“Negara kita masih demokrasi bung, tidak akan berubah menjadi otoriter. Pemerintahannya pun masih terbuka bukan dengan kritik? Semoga saja dengan mendukung 02 tidak membuat pemerintahan menjadi antikritik. Bukan hanya ditangkap, nyatanya kronologi di lapangan, mereka yang membentangkan banner Ganjar tadi harus dipukuli. Apa lagi ini, mau kembali mengungkit kasus knalpot brong?,” katanya.

Nikmatul merasa, selama ini ada perlakuan berbeda dari aparat kepada rakyat. Nyata-nyata oknum aparat telah diperintahkan untuk membungkam suara-suara pendukung 03 dan seolah memfasilitasi para pendukung 02.

Misalnya, saat pendukung Gibran membentangkan spanduk-spanduk bergambar Gibran di sepanjang jalan saat Jokowi berkunjung di Gunungkidul. Bahkan bukan hanya spanduk, tapi atribut partai dikobarkan nyentrik di bahu jalan. Lalu, di Banten Jokowi malah bagii-bagi sembako di bawah kepungan spanduk Prabowo-Gibran.

“Inikah yang dimaksud dengan presiden yang akan berkampanye dan memihak pada paslon 02? Stststst, dari kejadian brutal itu, sebentar lagi Tim Klarifikasi Nasional akan muncul dengan dalih pembelaan dan pembenarannya. Kita tunggu saja,” katanya.

Dari kejadian yang kerap terjadi selama kampanye tersebut, presiden Jokowi semakin menunjukkan tindakan tak etis. Bahkan presiden pun hanya diam tanpa membela rakyatnya, karena memang saat ini kepentingannya hanya untuk memenangkan anaknya. Bukan lagi bekerja untuk rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Rakyat bukan lagi prioritas Jokowi. Maka dari itu rakyat sudah sewajarnya akan mencari calon pemimpin yang bisa memperbaiki moral dari tindakan serta sikap Jokowi akhir-akhir ini. Dirinya semakin yakin, nantinya Ganjar-Mahfud yang akan menjaga demokrasi negara ini, dengan tidak memaksakan kehendak rakyat.

“Karena mereka adalah tuan bagi Ganjar, yang memegang demokrasi negara ini serta tuan yang memberi amanah besar di pundak Ganjar-Mahfud. Itulah sudut pandang calon pemimpin kita yang mengartikan bahwa menghargai demokrasi itu sama halnya dengan menghormati rakyat, yang juga menjadi pemegang hak demokrasi di tanah air ini,” katanya. (*)

Komentar