Abhimantrana, Pameran Upacara Adat Kraton Yogyakarta

Teras Malioboro N ews —  Keraton Yogyakarta menggelar pameran  Upacara Adat Kraton  bertajuk ‘Abhimantrana, Pameran yang berlangsung  hingga 28 Agustus 2024 ini  mengacu pada terminologi keraton, manusia sebagai tokoh utama dalam ritus hidupnya, hal sakral yang tak kasat mata yang merujuk pada maksud dari sesaji maupun perihal metafisik. Abhimantrana berarti upacara, doa-doa dan pepujian.

Kurator Pameran Abhimantrana, Fajar Wijanarko menyatakan pameran Abhimantrana adalah upaya untuk mengenalkan upacara adat yang ada di masyarakat Jawa sekaligus Keraton Yogyakarta. Ide tersebut lantas kemudian direfleksikan dalam filosofi Pangeran Mangkubumi yang dikenal Sangkan Paraning Dumadi.Dalam proses mengejawantahkan filosofi tersebut terdapat proses laku hidup dari masyarakat Jawa.

“Setiap laku hidup inilah yang kita tandai dengan upacara adat. Masyarakat yang berkunjung pastinya akan mendapatkan informasi secara utuh bagaimana upacara adat di keraton diselenggarakan sekaligus mendapatkan pengalaman langsung terkait dengan salah satu proses adat yang mungkin belum mereka temui,” ungkap Fajar  disela-sela kegiatan pameran

Baca Juga : GKR Bendara dan Tradisi  Minum Teh di Kraton Yogyakarta

Fajar mengatakan ada salah satu satu showcase upacara adat yang melibatkan partisipasi pengunjung secara langsung yaitu Tedak Siten. Dalam prosesi upacara adat tersebut, pengunjung dapat mengambil informasi yang paling disenangi seperti buku, cengkeh gading, tebu wulung, wayang dan lainnya.

“Masing-masing simbolisasi tersebut ternyata terkandung ternyata mengandung maksud dan makna tertentu. Pengunjung dapat menukarkan kartu yang mereka ambil dari kurungan besar diakhir kunjungan pameran,” ujarnya.

Disisi lain pameran ini mengedepankan informasi interaktif dengan pengunjung sehingga mereka bisa mendapatkan keseluruhan informasi secara utuh baik melalui barcode yang disiapkan dengan caption sekaligus wahana interaktif. Dengan demikian pengunjung bisa mengakses informasi digital sehingga tak mendapatkan informasi satu arah.

Melalui pameran ini, Keraton Yogyakarta sangat ingin mengajak masyarakat di Jawa itu hidup berkontemplasi dan penuh dengan rasa atau among roso yang sangat erat dengan upacara daur hidup masyarakat Jawa terutama DIY. Sehingga upacara adat ini juga menghidupkan rasa dari masyarakat Jawa itu sendiri. (*/SDs )