AKN SB Tampilkan Kolaborasi Dua Dhalang Dalam Satu Kelir

Seni dan Budaya239 Dilihat

Teras Malioboro News –   Memperingati Dies Natalies  ke-3,  Akademi Komunitas Negeri Seni Budaya  ( AKN SB ) menggelar pertunjukan wayang kulit yang sangat istimewa pada  Sabtu (1/7/2023 ) lalu. Kali ini pagelaran wayang menampilkan kolaborasi dua dhalang yaitu Mas Lurah Cermo Kartiko dan Yuwono Tri  Prabowo. Kedua dhalang yang  berbeda gaya tersebut ditampilkan dalam satu  kelir sehingga terjadi harmonisasi yang sangat unik.

Direktur AKN Seni Budaya Supadma mengatakan ,  penampilan dua dhalang yang berbeda gaya ini merupakan pagelaran yang sangat membanggakan.  Sebab dua dalang  ditampilkan secara berurutan tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda.

”  Mas Lurah Cermokartiko seorang abdi dalem kraton Yogyakarta dan yang satunya Yuwono Tri Prabowo seorang pejabat pemerintahan. Namun  keduanya bisa bekerjasama  secara sinergis sehingga dalam acara dies ini lebih berwarna. ” terang Supadma ,  dalam rilis media yang diterima redaksi  Rabu (12/7/2023 )

Baca Juga Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Kembali  Gelar Pentas Wayang Kulit  

Ditambahkan Supadma, Kolaborasi dalang gaya Surakarta dan Yogyakarta ini merupakan  sebuah upaya menghadirkan  harmonisasi kehidupan bagi penikmat seni khusunya wayang kulit bagi masyarakat.

Pada pagelaran ini Ki Dhalang Yuwono Tri Prabowo yang tampil dalam pagelaran wayang tersebut  saat ini menjabat sebagai Analis Kebijakan pada Dirjen Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia

Yuwono menampilkan Lakon Kembang Tunjung Sugandika yang mengisahkan perjalanan Raden Bratasena dalam mencari   bunga kemulian di Kahyangan. Lakon ini sanbat menarik karena penuh dengan intrik dan peperangan.

Baca Juga Lestarikan Seni Pakeliran, UNY Gelar Festival Dalang Cilik 2023.

Yuwono mengaku,  dunia pakeliran ini sudah diakrabinya sejak masih anak-anak. Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah tersebut mengaku pada awalnya gemar menonton pertunjukan wayang kulit sejak masa usia remaja dan mendengarkan siaran wayang kulit melalui radio pada zamannya.

Kemudian bakat mendalangnya tidak secara khusus belajar pada sekolah pedalangan atau sejenisnya. Namun keluwesan dalam memainkan kayon atau wayang dan kemahirannya bisa menirukan suara (impersonate-red) tokoh wayang kulit didapat secara otodidak.

Pada waktu itu saya mulai mendalang pertama kali pada tahun 1994 saat acara merti desa (bersih desa-red) di kampung saya sendiri, semalam suntuk dengan lakon Wahyu Makutha Rama. Saya waktu itu masih kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta semester kedua kalau tidak salah, dan lulus kuliah  tahun 1997,” ujarnya.

Baca Juga : Lestarikan Sastra Jawa di  Kalangan Anak Muda .

Sebagai seniman khususnya dalang wayang kulit, lanjut Yuwono, pengidolaan atau menjadikan icon sosok tokoh wayang sudah lumrah, lain dengan Ki Yuwono yang kesehariannya sebagai pejabat pada analis kebijakan tersebut tidak mengidolakan atau menokohkan salah satu tokoh wayang kulit yang ada.

“Saya sendiri sebagai dalang wayang kulit tidak mengidolakan satu tokoh wayang kulit, karena masing- masing tokoh punya kelebihan dan kekurangan. Saya menyukai beberapa tokoh wayang di antaranya, Semar, Kresna, Arjuna dan Bima,” imbuhnya,

Mengenai  pagelaran kolaborasi ini, Yuwono berpendapat bahwa Pagelaran kali ini sangat istimewa. Selain penataan panggungnya megah, iringan gamelan dan perangkat pendukung yang bagus.

“ Saya melihat,  para pengrawit (penabung-red) sangat mumpuni, suatu kehormatan dan kepuasan saya berkesenian bisa tampil di sini. Saya sangat bangga dan memberi apresiasi yang tinggi terhadap civitas akademika AKN Seni dan Budaya Yogyakarta  ” ujarnya.  (*/)