Bahagia Itu Bersemayam Di Dalam Hati

Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase1290 Dilihat

Teras Malioboro News – Ibarat ikan yang mati kehausan di dalam air. Begitulah perumpamaan orang yang sibuk  mencari kebahagiaan kesana kemari. Padahal, bahagia itu ada di dalam diri. Bersemayam di dalam hati. Setiap detik bisa kita rasakan dan nikmati.

Sebangun dengan kiasan, seperti orang yang sibuk mengetuk pintu karena merasa ada di luar. Padahal, dirinya telah berada di dalam rumah.  Tidak menyadari, kalau bahagia itu mengalir dan mengular di dalam diri. Mengikat dan mengait kuat di dalam hati.

Bahagia itu, hati yang menerima apapun yang telah terjadi dengan ikhlas. Baik suka cita maupun duka lara. Karena kita berfokus pada Allah yang mengijinkan semua kejadian. Tanpa pengecualian.

Bila diberi kesulitan dan kehilangan, sabar yang kita genggam. Jika Allah beri kemudahan dan kelebihan, syukur yang kita hamparkan. Hati tetap tenang, lapang, dan senang.

Baca Juga : Bahagia Itu Dekat Dan Sederhana

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Bahagia itu, hati yang tidak kuatir terhadap apa saja yang akan terjadi. Sebab mewakilkan sepenuhnya kepada Allah, buah dan hasil dari apa yang telah kita ikhtiarkan dan jalani. Kita menyadari bahwa tugas makhluk sebatas berikhtiar yang terbaik. Merencanakan dengan rencana terbaik dan merealisasikan dengan cara yang terbaik.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. 65 : 2 – 3)

Bahagia itu, kita menjalani saat ini dan hari ini dengan hati yang tenang, lapang, dan senang. Tersebab, semua kita lakukan semata-mata karena Allah yang Maha Rahman. Tidak sibuk ingin mencari perhatian, pujian, balasan, dan apapun dari makhluk Tuhan. Hanya kepada Allah, hati kita tersambung dan bergantung.

“Ingatlah, orang-orang yang dekat dengan Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. 10 : 62)

Bahagia itu, hati yang dipenuhi iman, yang membimbing cara kita merasa, berpikir, dan melihat. Memandu, cara kita bersikap, berkata, dan berbuat. Jadi, berbahagialah.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar