Bersyukur, Hulu dan Hilirnya Kebahagiaan

Payung Peneduh

Teras Malioboro News – Bersyukur, hulu dan hilirnya kebahagiaan. Mata air keteduhan dan kedamaian. Tumbuh subur, di atas ladang iman, kasih sayang, dan kebaikan.

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Perbanyaklah bersyukur kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar.” [QS. 2 : 153]

“Tidak bolehkah aku menjadi hamba Allah yang bersyukur,” jawab Rasulullah, atas pertanyaan Aisyah dengan air mata mengambang.

“Duhai Rasulullah, mengapa engkau sholat, sedemikian keras. Hingga kaki mu lecet. Padahal Allah telah menjamin dirimu, menjadi penghuni syurga?”

Orang bersyukur menyadari bahwa segala apa yang ada pada dirinya, sepenuhnya berasal dari Allah. Dari mulai yang paling kecil sampai yang paling besar.

Sehingga, ia memuji dan mensucikan Allah untuk hal-hal yang paling sederhana sampai yang paling luar biasa. Hatinya terus mengingat Allah. Sementara lidahnya mengucapkan hamdalah.

Tidak hanya di hati dan di lisan. Orang bersyukur, menunjukkan pula rasa syukurnya lewat sikap dan perbuatan. Bersikap rendah hati dan berselimut kasih sayang. Menabur dan menebar pelayanan dan kebaikan. Baik kepada sesama maupun semesta alam.

Oleh karena itu, belum bersyukur,  bila hati tidak mengingat Allah dan lisan enggan mengucapkan hamdalah. Bila tidak bersikap rendah hati dan tidak gandrung berbagi serta melayani.

Orang bersyukur menyadari sepenuhnya bahwa apapun yang ada pada dirinya adalah milik Allah yang Maha Rahman. Semua yang ada di dalam kehidupannya merupakan titipan dan pinjaman.

Karena merasa semua adalah pinjaman dan titipan, ia akan merawat dan memanfaatkan setiap anugerah dari Allah, sesuai fungsi yang telah Allah gariskan. Sesuai kehendak Allah, yang mengamanahkan.

Karena merasa titipan dan pinjaman. Orang yang bersyukur menyadari bahwa sepenuhnya kewenangan Allah untuk mengambil kembali, semua yang ada pada dirinya. Kapan saja dan dengan sebab apapun juga.

Karena itu, orang bersyukur, tidak akan merasa bersedih, bila kehilangan. Tidak merasa kecewa, bila mengalami pengurangan dan penyusutan. Sebab, tidak ada kemelekatan. Semua hanya pinjaman dan titipan.

Jadi, belum bersyukur, kalau masih merasa sedih berlebihan, bila kehilangan. Masih meresa kecewa kelewatan, bila mengalami pengurangan.

Orang bersyukur mengakui, ada pelajaran dan kebaikan yang Allah titipkan, bersama setiap keadaan dan kejadian yang berkunjung datang dalam kehidupan.

Dalam kekurangan dan kehilangan, Allah sisipkan pesan untuk sabar dan merunduk lebih rendah lagi. Supaya dapat meloncat lebih jauh dan tinggi.

Dalam kelebihan dan pertambahan, Allah selipkan pesan untuk memberi dan melayani. Supaya kebahagiaan lebih lama kita nikmati. Pun kita, bisa terus mendaki ke puncak tertinggi.

Rasulullah mengucapkan Alhamdulillah, bila kejadian yang ia senangi datang. Begitu pula, ucapan Alhamdulillah, ketika kejadian yang tidak beliau harapkan menyapa dalam kehidupan.

Orang yang bersyukur, tidak lelah mengolah dan menggali. Beragam manfaat lain yang masih tersembunyi, dari banyak nikmat yang telah Allah anugerahi.

Allah limpahkan kekayaan bermacam-macam tanaman dan tumbuhan. Sebagian, kita teliti mana yang mengandung khasiat penyembuhan. Kemudian, kita olah jadi obat-obatan.

Kita kemas agar layak diperjual belikan. Sehingga hasilnya bukan hanya untuk kesehatan. Tapi juga, jembatan meningkatkan kesejahteraan.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” [QS. 14 : 7]

Salam teduh : Ustadz Sujarwo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *