Teras Malioboro News – Puncak tradisi Grebeg Sapar yang diselenggarakan warga dusun Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Jumat (16/8/2024) berjalan sangat meriah. Sebanyak 2 Ton kue “apem” menjadi rebutan pengunjung yang hadir di acara tersebut.
Meski tak seramai tahun sebelumnya, acara ini cukup menarik perhatian pengunjung yang tidak hanya berasal dari warga setempat tetapi juga warga daerah lain. Mereka berbaur dan turut berebut kue apem yang ditebar dari menara setinggi 6 meter serta dari atas panggung yang berada di Komplek Makam Ki Ageng Wonolelo. Bahkan, Bupati Sleman turut serta menebarkan kue apem kepada para pengunjung yang telah menunggu sejak siang hari.
Bupati Sleman Kustini Purnomo menyampaikan, Tradisi Grebeg Apem Wonolelo bukan sekadar tradisi biasa. Sebab tradisi ini merupakan upaya meneladani perjuangan Ki Ageng Wonolelo dalam berdakwah mengembangkan agama di wilayah Sleman dan sekitarnya. Oleh karena itu, tradisi ini selayaknya dilestarikan oleh generasi muda dan difahami makna serta filosofinya.
“ Acara ini juga sekaligus menjadi sarana ukhuwah islamiyah antar warga, kususnya trah keturunan Ki Ageng Wonolelo. “ ujar Kustini yang disampaikan dalam bahasa Jawa .
Baca Juga : 4 Ekor Gajah Kawal Gunungan Grebeg Syawal Kraton Yogyakarta
Selanjutnya Kustini berharap tradisi Grebeg Apem Wonolelo ini juga mampu menjadi sarana mengangkat perekonomian warga sekitar, karena tradisi ini menarik banyak orang yang berkunjung ke desa ini.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Trah Wonolelo Kawit Sudiyono menyampaikan, Tradisi Grebeg Apem Wonolelo berakar dari sejarah Ki Ageng Wonolelo, seorang tokoh yang sangat dihormati di wilayah tersebut. Sebagai bentuk syukur dan berbagi warga membagikan kue apem kepada sesama. Sejak saat itu, tradisi berbagi kue apem terus dilestarikan oleh keturunannya dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Wonolelo.
“ Tradisi ini terus kami lestarikan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur serta menjadi sarana silaturahmi dengan masyarakat. “ ujar Kawit
Kawit menambahkan, selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, Grebeg Apem juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Kue apem sendiri melambangkan permintaan maaf atau ampunan. Dengan membagi-bagikan kue apem, masyarakat berharap mendapatkan berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Baca Juga : Festival Gunung Slamet Masuk Agenda Event Nasional KEN 2024
Grebeg Apem Wonolelo biasanya dilaksanakan pada bulan Sapar dalam penanggalan Jawa. Rangkaian acara dimulai dengan pentas seni yang dilanjutkan dengan kirab gunungan apem, dan diakhiri dengan pembagian kue apem. Gunungan apem yang dihias dengan berbagai ornamen khas Jawa akan diarak keliling desa sebelum akhirnya diperebutkan oleh masyarakat.
Sebelum diperebutkan , terlebih dulu Gunungan Apem beserta perlengkapan pribadi Ki Ageng Wonolelo dikirab dari Masjid Wonolelo menuju Makam Ki Ageng Wonolelo. Kirab dikawal oleh pasukan Bregada ,
Dijelaskan Kawit, Kue Apem yang dibagikan dalam acara merupakan sumbangan dari warga setempat. Masing-masing bergotong royong untuk menyumbang kue apem sehingga total kue yang terkumpul seberat 2 Ton. Dan kue yang diperebutkan tersebut dipercaya oleh pengunjung akan membawa berkah bagi siapa saja yang bisa mendapatkannya. (*/Sulist Ds )
Komentar