Ilmu yang Bermanfaat dan Berkah

Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase736 Dilihat

Teras Malioboro News – Tulisan sederhana tentang ilmu yang bermanfaat dan berkah ini, diperuntukkan bagi setiap kita untuk mulai berani menyampaikan ilmu yang telah kita peroleh dan mulai kita amalkan.  Teristimewa, teruntuk seluruh jamaah Ridho Allah di manapun berada. Baik  hanya sebatas jamaah biasa, relawan dan pengurus di Warung Ikhlas, Rumah Sehat, Pondok Yatim, maupun pembelajar di sekolah kehidupan.

Paling kurang, ada dua jalan agar ilmu yang kita peroleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan bertabur keberkahan. Pemenuhan dari doa yang kerap kita hamparkan. “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima.”

Jalan pertama, dengan mengamalkan ilmu yang kita dapatkan. Kita bumikan dan praktekkan dalam kehidupan. Sehingga menjadi amal sholeh kebaikan. Dengannya, ilmu yang kita peroleh menjadi sarana bagi kita untuk mendekat kepada Allah yang Maha Rahman. Sarana yang memudahkan  dan mengindahkan kehidupan kita saat ini dan di akhirat nanti.

Tidaklah mungkin, kita dapat merasakan buah manisnya, bila ilmu hanya berada di awan. Tanpa pernah membumi dan mendarat di kehidupan. Tidaklah mungkin kita hendak memetik hikmah dan pelajaran, bila ilmu hanya sebatas menjadi tahanan di kelas dan kajian. Hanya berhenti menjadi tawanan di kitab-kitab dan catatan.

Bahkan secara tajam, Allah mengumpamakan orang yang berilmu, tapi tidak mengamalkannya, seperti seekor keledai. Bila tidak hati-hati, kita bisa tergolong sebagai orang yang mendustakan agama dan dapat terperosok dalam tindakan melampaui batas.

“Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. 62 : 5)

Setelah berupaya semampu kita untuk mengamalkan ilmu yang kita dapat, agar ilmu tersebut bermanfaat dan berkah, maka jalan yang kedua terbuka lebar untuk kita tapaki. Ilmu dan pengalaman mengamalkannya, kita bagi serta sampaikan kepada orang lain. Siapa tahu, seijin Allah, bisa memotivasi, menginspirasi, memperindah, dan mencerahkan hidup sesama.

“Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala sama seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa sama seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)

Apakah ilmu yang kita sampaikan itu, harus berupa informasi yang berat, dalam, dan canggih? Jawabannya tidak. Apakah mesti disampaikan oleh seorang ahli? Jawabannya, juga tidak. Apakah wajib di pengajian dan kajian? Lagi lagi, jawabannya tidak.

Setiap orang yang memiliki ilmu apa saja yang baik, meski enteng dan ringan, dipanggil untuk menyampaikan. Tanpa melihat embel-embel seorang ahli maupun gelar tinggi. Tempatnya, bisa di mana saja. Waktunya, bisa kapanpun juga.

Dari Abdillah ibn Amr ibn Ash RA, “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Berkisahlah tentang Bani Israel dan tidak apa-apa. Barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiaplah mendapatkan kursinya dari api neraka.” (HR Bukhari).

Akhirnya, kita berharap menjadi bagian dari orang yang diangkat derajat kita oleh Allah. Karena keimanan dan ilmu yang bermanfaat dan barokah.

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 58 : 11)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *