Kebijakan Transformasi Energi Butuh Dukungan dan Kesadaran Publik

Teras Malioboro News  — Visi Indonesia Emas  2045  bertumpu pada 4 pilar utama yaitu :  pembangunan manusia berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.  Guna mendukung hal tersebut maka  transformasi energi adalah langkah strategis agar  Indonesia keluar dari middle income trap dan menjadi negara berpendapatan tinggi.

Demikian diungkapkan oleh  Penasehat Khusus Presiden Bidang Energi Prof.Ir.Purnomo Yusgiantoro MSc,MA,Phd  dalam orasi ilmiah  Transformasi Energi Menuju Indonesia Emas” yang berlangsung di Auditorium UPN Veteran Yogyakarta, Kampus Condong Catur, Yogyakarta, Senin (16/12/2024)

Purnomo memaparkan  , sebagai negara kepulauan, Indonesia,  memiliki sumber daya alam yang melimpah  sehingga berpotensi besar untuk mendukung transformasi energi. Sebab, saat ini, Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar ketiga di dunia, penghasil utama nikel dan kelapa sawit, serta produsen karet terbesar kedua di dunia.

” Untuk itu, pemerintah  mengambil kebijakan melakukan  hilirisasi sumber daya alam dan  penguatan riset menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.” ujar Purnomo

Baca Juga : UPN Yogyakarta Fokus Pada Pelestarian Energi dan Semangat Bela Negara

Kemudian Purnomo menjelaskan ,  diversifikasi energi telah menjadi fokus utama pemerintah, sehingga kita harus mengurangi ketergantungan pada energi fosil dengan memperluas penggunaan energi baru dan terbarukan, seperti energi surya, biomassa, dan bahan bakar gas.

Selain itu,  guna mempercepat transformasi energi ini Purnomo mendorong masyarakat untuk beralih ke teknologi yang lebih ramah lingkungan, seperti penggunaan kompor listrik dan pemasangan panel surya atap di rumah tangga.

“Transisi ini penting untuk mewujudkan kemandirian energi nasional,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Purnomo mengungkapkan bahwa target Indonesia pada 2045 adalah mencapai pendapatan per kapita sebesar 15.000 USD atau sekitar 230 juta rupiah per tahun. Untuk mencapai hal ini, Indonesia harus memanfaatkan bonus demografi pada 2030–2035 guna mendorong percepatan ekonomi hingga 6–7 persen per tahun. Ia juga menyoroti pentingnya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang saat ini masih berada pada angka 0,743.

“Peningkatan produktivitas, inovasi tenaga kerja, dan percepatan pendidikan adalah kunci keberhasilan transformasi ini,” ungkapnya.

Dalam konteks hilirisasi tambang,  Purnomo menekankan pentingnya pengolahan nikel sebagai langkah mendukung transisi energi. Indonesia memiliki cadangan batu bara yang cukup untuk 50 tahun ke depan, namun transformasi energi fosil menjadi energi bersih adalah prioritas.

Baca Juga : UPN Veteran Yogyakarta Jalin Kerjasama Dengan Media Lokal

Sebagai bagian dari Rencana Induk Konservasi Energi (RIKEN), pemerintah juga mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi non-fosil. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi energi sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.

Terakhir, Purnomo menutup orasinya dengan pesan bahwa kesadaran publik sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan transformasi energi dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. (*/Sulist Ds )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *