Kematian dan Hidup Penuh Keteduhan

Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase64 Dilihat

Teras Malioboro News – Kematian yang sewaktu-waktu datang dan menjalani hidup penuh keteduhan dan kegembiraan. Apakah mungkin bisa berjalan seiring? Apakah mungkin dapat bersanding?

Subuh ini, rintik hujan yang turun pelan, menemani bacaan imam. Sepotong ayat Al Quran. Tidak panjang. Tapi menggetarkan. Mengingatkan kiamat kecil yang pasti datang. Kematian.

“Katakanlah : Sesungguhnya, kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu. Kemudian, kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang Mengetahui segala urusan dan hal yang ghoib maupun yang nyata. Lalu, Allah beritakan kepadamu, apa-apa yang telah kamu kerjakan.” [QS. 62 : 8]

Kematian tidak perlu kita kejar dan kita undang. Tidak juga dapat kita lawan dan larang. Ia sewajar datangnya gelap malam, setelah petang pamit pulang. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian, hanyalah kepada Kami kamu akan dikembalikan.” (QS. 29 : 57).

Baca Juga : Kematian dan Pelajaran yang Ditinggalkan

Rasul berpesan, cukup kita menyiapkan bekal terbaik yang bisa kita upayakan. Bawaan, yang menemani dan menerangi, jalan panjang setelah kematian. Selebihnya, cukup bertawakal kepada Allah yang Maha Rahman.

“Bersama sepuluh orang, aku (Umar bin Khattab) menemui Rasulullah. Kemudian,  salah seorang di antara kami bertanya, “Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat.” (HR. Ibnu Majah).

Berbuatlah yang terbaik untuk keluarga, yang sewaktu-waktu akan kita tinggalkan. Sejauh yang bisa kita ikhtiarkan. Selebihnya, kepada Allah segala urusan kita serahkan dan pasrahkan. Apa yang kita risaukan? Rezeki Allah yang tentukan. Masa depan, Allah pula yang menggariskan. Secuilpun, tidak mungkin Allah menzalimi makhluk yang Ia ciptakan. Tentu saja, termasuk keluarga yang kita sayang.

Baca Juga : Suul Adab kepada Allah

Oh ya, bagaimana dengan teman, pekerjaan, organisasi, dan ragam urusan yang kita ada di dalam? Berbuat dan berikhtiarlah semampu dan sebaik yang bisa kita lakukan. Selebihnya, kepada Allah segala urusan kita wakilkan. Lihatlah pepohonan dengan daun kering yang berguguran. Esok digantikan daun segar yang menyenangkan. Bahkan, pohon tua yang rebah tumbang, kelak digantikan pohon baru yang lebih rindang.

Jadi, beriman dan beramal sholehlah, semampu serta sejauh yang bisa kita sembahkan. Selebihnya, kepada Allah kita wakilkan dan pasrahkan segala hal serta urusan. Dengannya, kita nikmati hidup dengan tenang dan penuh kegembiraan.

Salam teduh

Komentar