Teras Malioboro News — Seniman muda Yogyakarta terus tumbuh dan berkarya. Mereka tak hanya berserikat dan berkumpul , tetapi juga membentuk harmonisasi cipta karsa dan karya bersama . Sebuah karya yang lahir dari proses fotosintesis perjalanan hidup yang dirasakan baik dari diri sendiri maupun jejak realita yang terjadi di masyarakat.
Salah satunya adalah Sepatu Merah . Grup musik asal Yogyakarta ini lahir di hari Senin Wage, 23 Januari 2023 dari semangat anak-anak muda dengan daya kreatifitas yang berapi-api. Dari hasil kolaborasi itu merejka membentuk genre musik baru yang mereka namai sebagai Pop Camp. Semacam kolaborasi dari pop kreatif , balada yang dikemas dengan komposisi yang harmonis.
Semua komposisi itu merupakan satu model dari proses mencipta karya , berdiskusi, berfikir , belajar dan akhirnya mereka melangkah bersama.
“ Karya ini bersumber dari rasa ketulusan, keikhlasan dan kejujuran. “ ujar arranger Sepatu Merah Bismo Adi Kuncoro di markas Sepatu Merah Kampung Mundusaren, Ambarrukmo, Sleman belum lama ini.
Baca Juga : Ini Alasan Christie Mengemas ” Love Me Back ” Berirama Up Beat
Menyebut nama Bismo mungkin bagi beberapa orang masih terdengar agak asing. Tapi jika menyebut nama Ambar Polah, hampir sebagian besar publik tentu mengenalnya . Dan Bismo adalah penerus dari sosok legendaris itu. Jadi, Sepatu Merah adalah bagian lanjut yang tak terpisah dari legacy Ambar Polah: bahwa suatu karya tak hanya memegang teguh idealisme, tapi juga mesti mampu melayani dan menyapa realitas zamannya.
Bagi Bismo, Sepatu Merah adalah energi “keberanian” untuk melangkah guna melanjutkan perjuangan sang ayah. Maka, Bismo pun menggandeng musisi senior Yulianto Suwarno yang telah dikenalnya cukup lama. Kemudian, Lewat berbagai diskusi dan perdebatan maka single “ Ketika Hari Ini “ kemudian rilis di jejaring youtube.
Bismo berharap , pesan-pesannya abadi dan melekat di sanubari para pendengarnya. Mampu membantu menemukan formula identitas yang baru di tengah keramaian blantika kebisingan, namun sayangnya masih memuat ragam pengabaian rasa kejujuran, ketulusan dan kesederhanaan.
Baca Juga Rayakan 20 Tahun Bermusik, Astrid Luncurkan Single Jadikan Aku Ratu
Sementara itu, Yulianto Suwarno selaku penulis lagu menambahkan, single “ Ketika Hari Ini “ merupakan karya perdana, yang nanti akan muncul single berikutnya dan nantinya akan terhimpun dalam sebuah album karya.
Langkah perdana ini merupakan hal yang penting dari sebuah perjalanan. Sebab, jika langkah itu tidak terjadi, jawaban tidak akan pernah kunjung hadir, hanya berputar-putar pada satu titik: bak putaran gasing. Tak hanya energi kreatif yang ingin berbeda, tapi juga keberanian: memilih dan menetapkan langkah sendiri. Namun yang jelas, setiap karya mesti ada pertanggungjawabannya sendiri; bukan hanya mampu melahirkan.
“Sepatu Merah adalah kanvas perasaan. Sebab tidak semua orang mampu mengatakan dan mengungkap perasaan: sedih, senang, perih, nestapa, dan gembira. Untuk itulah sajian lagu lagu Sepatu Merah memuat semua ekosistem rasa, dan mengajak berani menerima. “ tandas Yulianto.
Maka, lanjut Yulianto, Sepatu Merah adalah “Konco Ati” (Teman Hati). Menyebar dan merangkul semua menjadi teman, bahkan saudara. Tak semua insan mampu menyatakan hakekat hidup. Sebab, yang banyak hanya semata ikut arus. Meski tak dapat dipungkiri, setiap orang punya peristiwa, untuk dikisahkan. (*/SDs )
Komentar