Teras Malioboro News – “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (QS. Ali Imran: 185)
Tidak ada yang benar-benar siap kehilangan orang yang dicintai. Terlebih jika yang dipanggil Tuhan adalah pasangan hidup—seseorang yang telah menjadi teman bicara, tempat berbagi suka dan duka, penopang semangat, sekaligus separuh jiwa dalam membangun kehidupan bersama.
Rasa hampa yang ditinggalkan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap sudut rumah, setiap rutinitas harian, bahkan hal-hal kecil seperti secangkir kopi pagi atau suara panggilan akrab, bisa menjadi pengingat menyakitkan atas kepergian yang mendadak atau perlahan.
Baca Juga : Kematian dan Pelajaran yang Ditinggalkan
Namun dalam tradisi spiritual yang dalam, setiap kejadian di dunia ini, termasuk kehilangan, bukanlah akhir dari segalanya. Di balik kesedihan yang membuncah, selalu ada makna yang disisipkan Tuhan. Terkadang, hikmah itu tak langsung terlihat, tapi bisa dirasakan seiring waktu berjalan dan hati mulai berdamai.
Segala peristiwa perlu untuk direnungkan, karena pasti ada pelajaran penting yang bisa dipetik dari hal itu. Karena itu, tulisan ini merupakan sebuah refleksi untuk mereka yang sedang berduka, agar tidak merasa sendiri, dan sebuah pengingat bagi siapa pun untuk lebih menghargai kebersamaan yang masih dimiliki.
Kepergian pasangan membuat kita sadar bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah titipan. Tidak ada yang abadi, termasuk orang yang paling kita cintai. Kesadaran ini menumbuhkan rasa tawakal kepada Allah.
Dalam kesendirian, kita cenderung lebih banyak berdoa. Hubungan spiritual yang mungkin terabaikan bisa kembali menguat.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kematian pasangan adalah ladang latihan untuk ikhlas dan sabar.
Allah berfirman:
“Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.”
(QS. Al-Baqarah: 155-156)
Perpisahan mengajarkan kita bahwa waktu bersama orang terkasih sangatlah berharga.
Doa, sedekah, dan amal atas nama pasangan menjadi bentuk cinta abadi.
Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
Kehilangan pasangan menantang kita untuk tetap kuat, melanjutkan hidup dengan semangat yang terjaga.
Baca Juga : Metode Menjalani Sabar dan Tolak Ukur
Kematian memang menyisakan luka, tetapi juga membuka ruang bagi jiwa untuk tumbuh dan menemukan makna hidup yang lebih dalam.
Semoga setiap hati yang sedang berduka diberi kekuatan dan ketabahan. Dan semoga cinta yang tulus tidak berhenti di dunia, tetapi terus mengalir dalam doa hingga kelak bertemu kembali di akhirat.