Teras Malioboro News – Seharusnya, sesuai janji, Payung Peneduh pagi ini mengulas contoh sehari-hari bahwa tawakal itu mudah. Akan tetapi, karena menimbang dan kendala beberapa hal, kami dahulukan tulisan tentang keutamaan tawakal. Oleh karena itu, kami memohon maaf.
Tawakal itu menyerahkan hasil dari upaya dan usaha yang kita lakukan hanya kepada Allah. Hati merasa tenang dan lapang. Belum disebut tawakal, bila tidak semata-mata hanya berharap, bersandar, dan bergantung kepada Allah. Belum disebut tawakal, bila tanpa direncanakan dengan baik. Belum disebut tawakal, bila tidak diupayakan semampu yang dapat kita lakukan. Belum bertawakal, bila hati kita masih resah, cemas, dan gelisah sewaktu menunggu apa yang Allah putuskan.
Tidak ada satu perintah pun yang Allah gariskan tanpa ada keutamaan yang Allah janjikan dan siapkan. Tentu saja, termasuk perintah tawakal. Paling kurang ada tiga keutamaan yang menarik untuk dihidangkan. Tujuannya, agar kita terinspirasi dan termotivasi untuk mempraktekkan tawakal dalam setiap perbuatan yang kita hamparkan.
Pertama, Allah mencintai orang yang tawakal. Bila Allah sudah mencintai, pasti pertolongan mudah Allah ulurkan. Jika sudah demikian, kita akan merasa tenang dan bahagia dalam menjalani kehidupan. Baik yang bertamu, kejadian yang kita harapkan. Maupun yang berkunjung datang, peristiwa yang tidak kita inginkan.
“Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS. 3 : 159)
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolong mu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang beriman bertawakal.” (QS. 3 : 160)
Baca Juga : Arti dan Makna Tawakal
Kedua, Allah akan cukupkan segala kebutuhan dan keperluan orang yang bertawakal. Bila Allah cukupkan, apalagi yang kita risaukan dan cemaskan. Hidup akan terasa tenang dan senang. Seumpama burung yang terbang dengan riang. Perutnya lapar saat keluar sarang. Menjadi kenyang, sewaktu pulang.
“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. 65 : 3)
Ketiga, orang tawakal, kebal atau tidak akan terpengaruh dengan bisikan dan tipu muslihat setan. Bila setan tidak mampu mempengaruhi kita, maka hati dan hidup kita menjadi tenang dan riang. Tidak cemas, resah, dan gelisah. Sebab, sumber cemas, resah, dan gelisah itu berasal dari kejahatan dan bisikan setan yang bersembunyi di dalam diri.
“Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.” (QS. 16 : 99)
“Katakanlah aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Rajanya manusia, Tuhan sembahannya manusia, dari kejahatan bisikan setan yang bersembunyi, yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia.” (QS. 114 : 1-6)***