Teras Malioboro News – Musibah menjadi berkah adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan perjalanan sosok H.Setiyono, owner jaringan Toko Pantes. Rasanya, tidak kalah dengan drakor dan sinetron.
Bayangkan, kecelakaan fatal yang mengakibatkan kakinya tidak bisa pulih seperti sedia kala. Kemudian, menyebabkan beliau terpaksa keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai di sebuah BUMN. Justru membuka pintu lahirnya gagasan berdagang sepatu.
Begitu pula, difitnah menggunakan pesugihan. Justru, menginspirasi dan memotivasi Putra asli Bantul ini untuk membuka toko sendiri, yang selanjutnya melahirkan gurita jaringan Toko Pantes di Bantul dan Kulonprogo.
Kisah inspiratif dan motivasinya, kami hidangkan kepada para pembaca. Kami peroleh saat berkunjung dan berbincang-bincang dengan H.Setiyono di toko Pantes. Inilah kisahnya.
H.Setiyono lahir dari keluarga pedagang. Orang tuanya berdagang pakaian di Pasar Bantul. Sehingga berdagang, bukanlah sesuatu yang asing bagi beliau. Sejak kecil, sudah biasa membantu orang tua dan bermain di pasar.
Baca Juga : Periksa Ulang, Sabar, Doa, dan Ikhtiar Kita
Akan tetapi, cinta pertama owner jaringan toko Pantes ini, tidak di dunia perdagangan. Justru, setelah berumah tangga, beliau lebih memilih bekerja di sebuah BUMN di Kalimantan. Namun sayangnya, hanya dapat bertahan dua tahun saja. Penyebabnya, karena kecelakaan fatal yang dialaminya.
Kecelakaan tersebut, mengakibatkan kaki H.Setiyono tidak dapat pulih kembali. Dampak selanjutnya, terpaksa harus berhenti bekerja. Tentu saja, itu masa-masa sulit yang mesti dijalani.
Putus asa? Sama sekali tidak. Doa terus dipanjatkan. Sampai pada suatu saat, Allah beri hidayah, mengilhamkan dipikiran beliau untuk berjualan sepatu. Setelah dimatangkan, H.Setiyono membulatkan tekad untuk merealisasikan gagasan tersebut.
Berbekal tekad yang kokoh, beliaupun pulang ke Bantul. Tidak berlama-lama, H.Setiyono membuka kios di pasar Bantul. Tentu saja, berjualan sepatu. Alhamdulillah, perlahan tapi pasti, pembeli dan pelanggan terus berdatangan. Bertambah ramai dari waktu ke waktu.
Ternyata, kemajuan yang diraihnya, menimbulkan rasa iri bagi beberapa pedagang yang lain. Fitnah mulai disebar : H.Setiyono memelihara pesugihan atau penglaris. Tidak butuh waktu lama, berita keji tersebut, merambat ke mana-mana. Selayaknya api membakar rumput kering.
Baca Juga : Sabar Dahulu, Bahagia Kemudian
Ditambah lagi, berkembang desas-desus bahwa ada anak salah seorang pedagang, yang tiba-tiba terjatuh tanpa sebab sewaktu lewat di depan kios. Bahkan kemudian, jatuh sakit. Karena itu gosip, sampai hari ini, beliau dan keluarga tidak pernah tahu kebenarannya.
Tentu saja, fitnah tersebut merupakan pukulan berat bagi keluarga H.Setiyono. Istri beliau tidak lagi mau pergi ke kios. Di rumah, terus-menerus menangis. Tentu saja, hal ini mempengaruhi perkembangan kios sepatunya.
Lagi-lagi, dalam kondisi demikian, Allah mengilhamkan di benak H.Setiyono sebuah gagasan untuk membuka toko di rumah. Tanpa berpikir terlalu lama, beliau nekat merenovasi bagian depan rumahnya untuk disulap menjadi sebuah toko.
Tidak disangka, toko yang baru tersebut, mampu menarik banyak pembeli. Baik warga sekitar maupun pelanggannya di Pasar Bantul. Dari rumah tersebutlah, Toko Pantes berkembang sedemikian rupa. Saat ini, tidak kurang ada 8 Toko Pantes tersebar di Bantul dan Kulonprogo.
Ketika kami tanya, apa resep keberhasilannya? H.Setiyono memberi jawaban yang sederhana. “Pertama, sholat, berdoa kepada Allah, dan bekerja keras. Kedua, perbanyak sedekah dan silaturahim. Ketiga, berani mencoba. Jangan pernah takut gagal. Keempat, terus lakukan inovasi.”
Perjalanan H.Setiyono mengingatkan kita pada firman Allah di surah Al Insyirah ayat 5 sampai 6. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”***
Komentar