Kisah Warga Panjatan Hidup dari Tanaman Gurun Berduri, Omset Pernah Tembus Rp 80 Juta per Bulan

TerasMalioboroNews—Hujan turun dengan deras di wilayah Kalurahan Tayuban, Kapanewon Panjatan Kulonprogo, Sabtu (8/3/2025) sore. Di salah satu sudut kampung, berdiri sebuah bangunan berukuran sekira 15 x 10 meter. Atap terbuat dari bahan semacam fiber. Kemudian plastik tebal menutup area sekeliling berfungsi sebagai dinding.

Di dalam bangunan, terdapat 6 deret panggung setinggi perut orang dewasa. Kemudian di atasnya, ada ribuan pot yang sebagian besar berukuran mini. Di dalam pot inilah, tanaman kaktus tumbuh dengan indahnya, dengan berbagai macam ukuran dan bentuk serta warna.

“Ini tanaman asli gurun. Jadi tidak memerlukan banyak air. Itulah mengapa kami buatkan bangunan yang bisa memenuhi kebutuhan tanaman ini akan sinar matahari, di saat bersamaan melindungi mereka dari kelebihan air saat musim hujan seperti sekarang,” kata Joko Setiyono selaku pemilik Arid Zona Nursery, didampingi istrinya Siti Dini Arsih.

Arid Zona Nursery, adalah merek yang digunakan pasangan suami istri ini, untuk bisnis budidaya kaktus mereka. Usaha ini mereka rintis di tahun 2017. Boleh dibilang sebuah kebetulan, ketika Joko dan Dini memutuskan menekuni usaha tanaman hias kaktus.

Sebab ide bisnis ini, justru muncul kala Joko sedang membantu seorang kawan yang membuka kafe di Malang Jawa Timur. Kafe ini memilik tanaman kaktus sebagai pemanis ruangan. Untuk memenuhi kebutuhan kaktus sebagai penghias ruangan, Joko dan temannya seringkali pergi ke berbagai kota untuk mencari kaktus yang diinginkan.

Sembari berkeliling mencari kaktus inilah, Joko kemudian mulai mengenal tanaman hias yang awalnya berasal dari Amerika Utara, Meksiko hingga Amerika Selatan ini. Kaktus yang berasal dari kata kaktos (Bahasa Yunani), artinya adalah tanaman berduri. Di Indonesia, kaktus dikenal sebagai salah satu tanaman hias. Tak sedikit orang yang menyukai tanaman ini, untuk menghias rumah mereka.

Rupanya, semakin mengenal kaktus, membuat Joko jatuh hati. Apalagi, kaktus yang ia dapatkan dari luar daerah, seringkali menarik perhatian orang dan mulai banyak yang bersedia membelinya. Maka Joko pun mulai bersemangat dan menjadikan tanaman ini sebagai sumber penghasilan, dengan menjual kaktus yang ia beli ke orang yang menyukainya.

“Saya sendiri memang suka. Tanaman ini tergolong mudah merawatnya dan awet. Ada juga kelebihan kaktus dibandingkan tanaman lain. Yakni kemampuannya menghasilkan oksigen di malam hari. Jadi tanaman ini sangat baik ditaruh di rumah. Entah di teras, di ruang dalam atau bahkan kamar tidur. Akan membuat pemiliknya menikmati tidur lebih berkualitas,” ujar Joko.

Joko semakin berani berdagang kaktus. Semakin banyak tanaman yang ia beli dari berbagai daerah dan menjualnya kembali untuk meraih keuntungan. Cara ini terus ia lakukan selama kurang lebih 2 tahun. Sembari berdagang, diam-diam  Joko semakin serius belajar. Bahkan, ia kemudian mencoba membudidayakan tanaman ini, dengan cara belajar secara otodidak melalui media sosial dan komunitas. Setelah merasa cukup punya kemampuan dan pemahaman, Joko dengan dukungan istrinya Siti Dini Arsih, tahun 2019 nekat menyewa lahan di Panjatan untuk kebun kaktus.

“Modal awal itu, saya beli 400 indukan dari Thailand. Yang lainnya saya peroleh dari pemilik lokal. Mereka adalah pemain lama yang tidak lagi merawat tanamannya. Kita beli ramai-ramai dari Yogyakarta, satu tanaman ukuran 4 cm sekitar Rp150 ribu, kalau di Indonesia harga bisa sampai Rp350-Rp400 ribu. Alhamdulillah, sekarang bisa berkembang. Bahkan kami mengelola dua kebun. Satu di Tayuban ini dan satunya lagi di Bojong. Semua di Panjatan Kulonprogo,” ujarnya.

Perawatan Mudah, Bisnis Menjanjikan

Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, kaktus menurut Joko, termasuk tanaman hias yang tidak sulit untuk merawatnya. Indonesia yang masuk wilayah tropis, sangat cocok untuk budidaya tanaman ini. Sinar matahari yang melimpah, menjadi modal yang sangat cukup untuk tempat hidup kaktus yang memang dikenal sebagai tanaman dari daerah panas dan gersang.

Menyitir Wikipedia, kaktus termasuk ke dalam golongan tanaman sukulen, karena mampu menyimpan persediaan air di batangnya. Batang tanaman ini mampu menampung volume air yang banyak dan memiliki bentuk yang bervariasi. Untuk dapat bertahan di daerah gurun yang gersang, kaktus memiliki metabolisme tertentu. Tumbuhan ini membuka stomatanya di malam hari ketika cuaca lebih dingin dibandingkan siang hari yang terik.

Pada malam hari, kaktus juga mengambil karbondioksida dari lingkungan dan menyimpannya di vakuola untuk digunakan ketika fotosintesis berlangsung (terutama pada siang hari).

Kaktus bercorak warna hijau koleksi Arid Zona Nursery. (suwarjono/terasmalioboronews.com)

Sebagai tanaman hias, Kaktus tidak menuntut perhatian dan perawatan ekstra. Tanaman ini sangat mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka hidup. Penyiraman cukup dilakukan dua pekan sekali, sekadar untuk membuat media tanam dan pot basah. Selain penyiraman, yang perlu diperhatikan adalah kecukupan sinar matahari. Maka ketika ditaruh di dalam ruangan, idealnya kaktus ditempatkan di dekat jendela.

Untuk media tanam, Joko mengaku menggunakan kompos daun dan sesekali menggunakan pupuk untuk merangsang pertumbuhan.

“Maklum siklus hidup kaktus sangat lama. Umur lima tahun, ukurannya hanya sekitar 3-4 cm. Memang memelihara kaktus perlu kesabaran. Ini hobi dan bisnis jangka panjang,” katanya menerangkan.

Selain mudah dalam merawat, kaktus juga punya kelebihan lain. Sekali berbunga, tanaman ini bisa menghasilkan 500-700 biji. Biji-biji ini lantas disemai hingga tumbuh, lalu dipindahkan ke dalam pot-pot terpisah saat berusia sekitar 1 tahun. Ketika mulai membesar, maka tanaman itu perlu dipindah ke pot baru yang lebih besar, saat berusia 2 tahun. Tiap tahapan siklus ini sebenarnya bisa dibisniskan. Biji kaktus juga bisa dijual, apalagi yang sudah tumbuh dalam sungkupnya.

“Budidaya kaktus ini memang sangat lama. Makanya yang jenis ijo-ijo (berwarna hijau-red), kita jual paketan. Harganya Rp 50 ribu bisa dapat 35-50 pot, sehingga bisa untuk menutup kebutuhan harian. Jenis yang bagis seperti varigata atau varigata sriata, kita pilah lagi karena harganya lebih mahal, dan kelas kontes,” ujar Joko yang masih memiliki kaktus yang dirawatnya sejak 2008. Kaktus ini pernah menjadi juara tiga dalam ajang kontes kaktus dan sukulen nasional.

Di kebunnya tersebut, Joko menyemai, menyilangkan, dan merawat tanaman tropis tersebut dibantu lima pekerja harian. Joko juga aktif membuat konten edukasi di kanal Youtube. Di platform berbasis video tersebut, juga menjadi etalase atau tokonya. Media menjadi satu-satunya pemasaran yang dianggapnya efektif.

“Sebulan bikin sekitar tiga konten video. Selain jualan, juga edukasi. Bagaimana merawat kaktus dan sansevieria, dan tips-tips lain yang bisa dipraktikkan di rumah,” ujar Joko.

Pelanggan se Indonesia

Saat ini, kaktus dari kebun Arid Zona Nursery di Panjatan Kulonprogo, sudah menembus pasar nasional. Pelanggan Joko dan Dini, tersebar di banyak kota di Jawa dan luar Jawa.

Untuk Jawa, konsumennya sebagian besar dari Jakarta dan Surabaya. Sedangkan pelanggan dari luar Jawa, kebanyakan dari Sumatera, Kalimantan hingga Papua.

“Puncak penjualan terjadi saat pandemi Covid-19. Laku sangat kenceng. Mungkin saat itu sebagian besar warga kita bosan di rumah karena kebijakan pembatasan interaksi sosial. Pernah omset kami tembus Rp 80 juta per bulan,” katanya.

Namun paska pandemi, minat pasar terhadap kaktus ternyata tetap ada. Sehingga saat ini, penjualan Joko dan Dini stabil dengan omset kisaran Rp 30 juta per bulan.

Dini yang kesehariannya mengurusi penjualan dan konten, mengungkapkan, belakangan justru banyak orang yang meminta untuk bisa menjadi reseller dari Arid Zona Nursery. Ini menurutnya, menjadi bukti bahwa penggemar kaktus terus bertumbuh dan meluas.

Menurut Dini, mayoritas pembelinya berbasis online. Transaksi dilakukan lewat pesan percakapan, dan pengirimannya melalui jasa ekspedisi. Pembeli memiliki dua opsi pengiriman. Dikirim utuh, yakni tanaman beserta pot yang terdapat tanahnya. Atau, dikirim kering tanpa menyertakan potnya, sehingga tanaman kaktus dan lainnya hanya dibungkus menggunakan tisu atau kertas lalu dipacking menggunakan kardus.

“Pembeli lama kebanyakan minta dibongkar potnya, karena sudah bisa merawatnya. Kalau pembeli yang baru suka kaktus, bisanya minta dikirim sama potnya. Kami punya pelanggan yang minta dikirim sansevieria sama potnya ke Papua Tengah. Harga tanamannya Rp350 ribu, ongkirnya bisa Rp120 ribu, tapi tetap dibayar, karena ya beliaunya memang hobiis,” lanjut Dini.

Memilih Layanan Ekspedisi

Joko dan Dini mengakui, sekalipun termasuk tanaman hias yang tahan atau tidak mudah rusak, pengiriman atau ekspedisi tetap menjadi hal penting bagi bisnisnya. Kepastian waktu tempuh serta handling yang baik, menjadi faktor penting untuk membangun kepercayaan customer.

Sejauh ini, Arid Zona Nursery mempercayakan pengiriman kaktusnya ke jasa layanan dari JNE. Baginya, layanan ekspedisi yang mumpuni dapat membantu kelancaran bisnis tanaman hias sejak tahun 2020.

“Sebagian besar kaktusnya dikirim lewat JNE. Apalagi untuk wilayah Pulau Jawa,” kata Dini.

Arid Zona bahkan masuk sebagai pelanggan loyal bagi JNE, sehingga berhak mendapatkan fasilitas sebagai member JNE Loyalti Card (JLC). Dengan JLC tersebut, Arid Zona mendapatkan fasilitas penjemputan paket dari kurir JNE.

“Kami juga mendapatkan layanan pick up, namun seringnya paking itu selesai sore, jadi kami antar sendiri ke JNE Wates pada malam harinya,” ujar Dini.

Selain mendapat diskon khusus, Arid Zona juga pernah mendapat benefit lain dari JLC, seperti voucher belanja.

Menurutnya, pelayanan JNE sat set dan konsisten. Meski Arid Zona memberikan garansi pribadi kepada pelanggan, paket yang dikirim selalu diterima pelanggan dengan baik, sehingga garansi tersebut tidak pernah terpakai.  (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *