Kompetisi Bahasa dan Sastra Kota Yogyakarta 2024 Jaring 394 Peserta

Teras Malioboro News — Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta melakukan upaya yang serius dan sistematis agar generasi muda tidak kehilangan akses dan apresiasi terhadap kekayaan budaya mereka sendiri. Salah satunya melalui penyelenggaraan Kompetisi Bahasa dan Sastra tahun 2024 ini.

Sebagai pesta sastra dan aksara Jawa rutin tahunan, berbagai lomba digelar dengan sasaran masyarakat umum. Sebanyak 15 jenis cabang kompetisi diikuti oleh 394 orang peserta warga Kota Yogyakarta yang terbagi dalam jenjang anak, remaja, dewasa dan umum. Adapun jenis kompetisi yang digelar adalah macapat, maca geguritan, maca cerkak, alih aksara, sesorah dan mendongeng serta panatacara.

Kompetisi ini dilaksanakan dalam dua tahap, dimulai dari seleksi video pada bulan Juni lalu, dan seleksi langsung atau final pada Selasa-Kamis (16-18 Juli 2024).

Kasie Bahasa dan  Sastra Ismawati Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Menyerahkan hadiah Kepada salah satu juara

Baca Juga : Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Kembali Gelar Pelatihan Bahasa dan Sastra Jawa

Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Ismawati Retno, menjelaskan final kompetisi ini diikuti oleh 145 orang peserta terseleksi. Setiap cabang kompetisi dipilih juara pertama hingga harapan kedua. Sedangkan 3 orang pemenang terbaik pada masing-masing kategori akan menjadi tim kontingen Kota Yogyakarta untuk mengikuti lomba serupa di tingkat DIY pada bulan Agustus mendatang.

“Kami mendatangkan juri-juri yang kompeten baik dari kalangan sastrawan, komunitas, maupun akademisi. Harapannya kompetisi ini juga menjadi wadah strategis untuk mempertemukan para pelestari sastra tradisional, sekaligus menjadi media untuk memperkuat jaringan dan kerjasama antar komunitas sastra dan aksara. Sehingga akan tercipta sinergi yang kuat dalam upaya pelestarian bahasa, sastra dan aksara Jawa di Kota Yogyakarta” jelasnya.

Selanjutnya Ismawati  mengungkapkan, Melalui kompetisi ini, diharapkan identitas lokal masyarakat Yogyakarta dapat dipertahankan dan diperkuat. Bahasa, sastra, dan aksara Jawa adalah elemen penting dari identitas tersebut. Sastra Jawa, yang sering mengandung cerita-cerita epik dan filosofi hidup, berfungsi sebagaai media pembelajaran moral dan etika. Kompetisi ini menjadi sarana untuk menyebarluaskan nilai-nilai ini kepada generasi muda.

Baca Juga : Membumikan Sastra Lewat Angkringan Sastra

Sementara itu, salah satu juri pada kompetisi alih aksara, Fajar Wijanarko menjelaskan bahwa langkah Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menjadi potret kerja pelestarian nyata terhadap warisan keberaksaraan nusantara, khususnya aksara Jawa. Kompetisi alih aksara menjadi cikal bakal dari penelusuran bibit unggul para pelestari tradisi Sastra Jawa klasik yang hakikatnya pelbagai piwulang budi pekerti terdapat dalam susastra tersebut.

Meski dirasa tidak representatif dengan jaman yang terus menuntut untuk melaju kencang, kemampuan alih aksara justru menjadi medium pelanting yang reflekstif dari masa silam untuk membaca perubahan zaman berasaskan nilai dan ajaran. (*/isma )

 

Komentar