Lebah atau Lalat

Oleh : Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase144 Dilihat

Teras Malioboro News – Lebah mencari-cari, melihat-lihat, dan selalu mampu menemukan kembang dan bahan-bahan pilihan. Bahkan, yang terselip di rimbun dedaunan dan pepohonan.

Sebaliknya, lalat selalu melihat-lihat, mencari-cari, dan menemukan sampah, kotoran, dan sesuatu yang berbau busuk. Bahkan di tumpukan barang-barang dan sesuatu yang baik dan berbau harum sekalipun.

Pada lalat dan lebah, hal tersebut merupakan ketetapan. Bukan pilihan. Allah yang disainkan. Ada tujuan dan fungsi yang mereka mainkan untuk menyempurnakan kehidupan.

Sehingga, bagi lebah dan lalat, hal itu sebagai bentuk penghambaan. Bentuk ketaatan. Bagian dari zikir mereka kepada Allah yang Maha Rahman.

Sementara bagi manusia, melihat-lihat, mencari-cari, dan menemukan kebaikan dan keburukan. Menemukan kekurangan dan kelebihan. Merupakan pilihan. Bahkan, termasuk mau beriman atau tidak memeluk Islam.

Baca Juga : Puasa Ramadhan dan Bawang Merah

Karena pilihan, wajar jika kelak Allah meminta pertanggung jawaban. Kita tidak bisa ngeles dengan mencari-cari alasan.

Mencari-cari, melihat-lihat, dan menemukan yang baik maupun buruk, berasal dari hati atau qolbu. Tergantung hati kita sakit atau sehat. Qolbu kita bersih atau berdebu.

Hati kita membimbing pikiran. Memandu perkataan dan perbuatan. Sebaliknya, perbuatan, perkataan, dan pikiran, menguatkan hati dan keyakinan.

Sampai di sini, ada hal yang perlu saya tambahkan. Meskipun bersumber dari hati, namun sensitifitas, kecepatan, dan ketepatan kita untuk melihat-lihat, mencari-cari, dan menemukan kelebihan dan kekurangan, terbentuk dari proses pengulangan dan pembiasaan.

Oleh karena itu, pada dasarnya, ia merupakan sebuah keterampilan. Siapapun, bisa melatih, mempraktekkan, dan melakukan. Modalnya, asal mau dan sabar.

Bila kita terbiasa melihat sisi baik dari sebuah peristiwa. Maka ketika kejadian apapun yang datang, secara refleks, yang kita lihat-lihat, cari-cari, dan nanti temukan adalah aspek tertentu yang baik dan positif.

Baca Juga : Bahagia Itu Dekat Dan Sederhana

Sebaliknya, bila kita terbiasa melihat-lihat dan mencari-cari sisi buruk dan negatif dari sesuatu. Maka terhadap apapun dan siapapun, yang pertama kita lihat-lihat, cari-cari, dan kelak dapatkan, sisi kekurangan dan keburukan.

Dalam sebuah pesta pernikahan. Kita bertemu dengan seorang teman. Kita bisa melihat dan membicarakan kehebatan padu padan, dia memilih pakaian. Tapi, kita bisa juga sibuk melihat dan membincangkan, bajunya yang sedikit kebesaran.

Di sebuah pengajian. Kita bisa melihat dan mengagumi isi ceramah pembicaranya yang berisi dan bernas. Tapi, kita juga bisa sibuk melihat dan menggosipkan, letak pecinya yang kurang pas.

Kita akan menemukan yang bergayut di hati. Kita akan berkumpul dengan apa yang kita cintai.

Mumpung ini Ramadhan. Jernihkan hati. Bersihkan pikir. Basahi lisan dengan zikir. Lihat dan temukan hal-hal positif, dari keadaan yang paling negatif. Latih terus tanpa henti. Sabar jangan sampai titik. Berkah mengalir setiap detik.***

Komentar