Makna Idul Adha

Masjid Al Mujahidin

Teras Malioboro News – Idul Adha segera berkunjung datang. Kurang seminggu dalam bilangan. Hari perayaan cinta dan kasih sayang. Lewat ibadah dan hewan kurban yang kita sembahkan dan pasrahkan atas dasar ketaqwaan. Daging qurban yang kita berikan dan bagikan kepada keluarga, tetangga, handai taulan, dan yang membutuhkan.

Idul Adha hampir mengambang di permukaan. Kurang 7 hari dalam bilangan. Hari di mana takbir, sholat, dan penyembelihan hewan qurban, di seluruh penjuru negeri akan kita temukan. Selayaknya cendawan di musim hujan.

Idul Adha terdiri dari kata Id dan Adha. Id diambil dari kata ‘aada-ya’udu, yang dapat berarti menengok, menjenguk, dan kembali. Sementara Adha berarti sembelihan atau menyembelih. Maksudnya, menyembelih hewan Qurban. Sehingga Idul Adha berarti kembali menyembelih hewan qurban.

Tidak heran, Idul Adha disebut juga dengan Hari Raya Qurban atau Idul Qurban. Sedangkan bila merujuk ibadah haji yang sedang ditunaikan oleh saudara kita di Makkah, maka Idul Adha dinamakan juga dengan Lebaran Haji.

“Rasulullah memerintahkan kami pada Idul Fitri dan Idul Adha untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki, minyak wangi terbaik yang kami punyai, dan berkurban pada Idul Adha dengan hewan qurban terbaik yang kami miliki.” [HR. Al Hakim]

Baca Juga : Bersyukur, Hulu dan Hilirnya Kebahagiaan

Di samping bermakna kembali menyembelih atau sembelihan, kata Adha dapat juga dihubungkan dengan kata Dhuha. Waktu mentari mulai hangat menyapa. Malu-malu, ia mengintip di ufuk timur. Membawa hangat, menepikan sejuk.

Idul Adha dalam pengertian ini bermakna hari di mana kita menghangatkan dan menyegarkan kembali hubungan serta kemesraan kita kepada Allah. Mungkin beku oleh dosa-dosa yang kita goreskan. Mungkin layu tersebab lupa dan lalai yang kita lakukan.

Idul Adha dalam makna yang demikian, berarti juga hari kita menghangatkan dan menyegarkan kembali, kasih sayang terhadap sesama. Mungkin beku karena jarak dan kesibukan yang membentang. Mungkin layu tersebab salah dan khilaf yang tertanam.

Hal tersebut sesuai pula dengan arti qurban. Qurban terambil dari kata qoraba – yaqrabu, yang berarti dekat atau mendekat. Maksudnya, berkaitan dengan hewan qurban, ibadah yang kita jalankan sebagai bentuk ketaatan dan kecintaan untuk mendekat kepada Allah. Sedangkan daging qurban yang kita bagikan, mendekatkan kita kepada sesama.

Oleh karena itu, Allah menegaskan bahwa yang sampai kepada Allah bukan hewan qurban yang kita sembelih. Tapi ketaqwaan yang kita hamparkan. Cinta dan kasih sayang yang kita taburkan dan tebarkan.

“Daging hewan qurban dan darahnya itu sekali-sekali tidak akan sampai kepada Allah. Akan tetapi, yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu.” [QS. 22 : 37]***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar