Teras Malioboro News – Kisah penciptaan manusia, diceritakan oleh Al Quran secara indah dan dramatis. Dibuka dengan malaikat, yang merasa banyak tahu dengan ilmu yang dimiliki. Sehingga berani mengajukan “interupsi”. Di hadapan Allah yang Maha Mengetahui. Ketika Allah hendak menciptakan khalifah di muka bumi.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. 2 : 30)
Babak berikutnya, mengisahkan tentang malaikat yang cepat menyadari dan tunduk patuh sepenuhnya pada perintah Allah. Sehingga segera mengakui bahwa dirinya hanya memiliki ilmu yang sedikit dan pantas bersujud kepada Adam Alaihis salam. Berbeda dengan Iblis, yang justru menempuh jalan berbeda. Merasa pintar dan sombong. Sehingga melakukan pembangkangan.
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (QS. 2 : 31)
“Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. 2 : 32)
“Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS. 2 : 33)
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. 2 : 34)
Baca Juga : Jangan Bilang Bertawakal
Kisah tersebut juga kita alami. Pada hari dan saat ini. Kerap merasa mengetahui dengan ilmu kita yang secuil. Sering merasa berkuasa dengan kemampuan kita yang tidak berarti. Apa-apa yang datang dari Allah kita hakimi. Kita pilah dan pilih sesuai jangkauan pengetahuan dan akal yang kita kuasai dan punyai.
Gawatnya, kita tidak mengikuti jalan malaikat yang segera menyadari. Kemudian tunduk dan patuh pada perintah ilahi. Kita lebih memilih jalan berlawanan. Merasa sombong dan memilih pembangkangan. Kesadaran dan pengakuan datang, setelah nanti kematian datang. Kemudian, menyisakan penyesalan yang tidak berkesudahan.
Padahal, ilmu yang ada pada kita ini sedikit. Itupun sepenuhnya berasal dari Allah. Tidak lebih seperti setetes air di lautan. Seumpama sebutir pasir di bibir pantai.
“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” (QS. 17 : 85)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. 16 : 78)***
1 komentar