Teras Malioboro News – “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga (istrinya). Dan aku (Rasulullah) adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku (istriku).” (HR Ibnu Majah).
“Sesungguhnya mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan paling berlemah lembut terhadap keluarganya (istrinya).” (HR. At Tirmidzi).
Bila hubungan kita dengan pasangan hidup mulai menyusut. Apalagi terasa sedikit kecut. Jangan cepat-cepat menyalahkan istri. Jangan tergesa-gesa menuding belahan hati. Jangan-jangan, kita yang kurang perhatian dan romantis. Jangan-jangan, kita yang kurang mengajaknya jalan-jalan dan healing.
Kita, wahai para suami, sepantasnya meneladani sikap Rasulullah pada keluarga tersayang. Termasuk, lembut dan mesranya beliau kepada pasangan. Bahkan, sikap Rasulullah tersebut, masih terasa manis dan romantis untuk ukuran zaman sekarang.
Rasullullah pernah minum di satu gelas yang sama dengan istrinya. Bukan hanya itu, beliau meletakkan bibirnya, di bekas bibir pasangannya. Tanpa sungkan.
“Aku (Aisyah RA) minum saat haid, kemudian aku memberikannya kepada Rasulullah. Beliau meletakkan bibir beliau di bekas tempat bibirku (saat minum dari gelas tersebut), lalu meneguk airnya (meminumnya). Aku (juga) pernah menghirup kuah masakan saat sedang haid, lalu kuberikan wadahnya kepada Rasulullah. Beliau meletakkan bibir beliau di bekas tempat aku meletakkan bibirku.” (HR. Muslim)
Baca Juga : Keluargaku adalah Surgaku
Begitu pula, Rasulullah pernah mandi bersama dan tidur satu selimut dengan istri tercinta. Rasulullah biasa memeluk dan mencium pasangannya dengan mesra.
Rasullullah memanggil istri beliau dengan sebutan yang menyenangkan. Beliau memanggil Aisyah dengan panggilan Humaira (pipi yang kemerah-merahan atau pipi merah delima) sebagai pujian. Kalau meredakan marahnya, Rasulullah melakukan dengan cara yang indah.
“Rasullullah biasa mencubit hidung Aisyah jika Aisyah sedang marah, sembari beliau berkata, “Wahai Uwaisy, bacalah doa: “Ya Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkan kekerasan hatiku dan lindungi aku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni).
Rasullullah tidak jarang mengajak istri beliau menemani perjalanan. Hal tersebut sebagai bentuk kasih sayang dan upaya memberi penghiburan. Rasulullah juga tidak jarang bercanda dengan pasangan. Canda, yang menjadi bumbu penyedap dan penguat rasa dalam berumah tangga.
Aisyah RA berkata, “Aku ikut bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan. Pada saat itu, tubuhku masih ringan. Suatu kali, kami singgah di sebuah tempat dan Nabi SAW memerintahkan para sahabatnya untuk meneruskan perjalanan. Lalu Nabi SAW berkata kepadaku, “Mari kita lomba lari!” Ternyata aku mengalahkan Nabi SAW.
Kemudian dalam perjalanan lain aku juga ikut. Pada saat itu tubuhku sudah berat (gemuk). Nabi SAW berkata kepadaku, “Mari kita lomba lari!” Ternyata Nabi SAW mengalahkan aku. Nabi bersabda sambil menepuk pundakku, “Kemenangan ini menutupi kekalahan ku yang dulu.”
Baca Juga : Sholat dan Uluran Pertolongan Allah
Terakhir sebagai penutup tulisan ini. Kita perlu mengetahui bahwa Rasulullah tanpa sungkan kerap melakukan pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan yang sering kita anggap sebagai pekerjaan dan kewajiban istri semata.
Aisyah RA pernah bercerita bahwa Rasulullah tidak pernah merasa risih menyibukkan diri dalam pekerjaan rumah tangga. Misalnya, menjahit baju yang sobek, menyapu lantai, memerah susu kambing, belanja ke pasar, membetulkan sepatu dan kantung air yang rusak, atau memberi makan hewannya. Bahkan Rasulullah pernah memasak tepung bersama-sama dengan pelayannya.
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. 25 : 74)***
3 komentar