Menembus Batas, Semangat  Perlawanan Para Wanita Mini  .

Teras Malioboro News —  Seniman besar Charlie Chaplin  pernah berkaya, “ “Kehidupan tertawa saat kau bersedih. Kehidupan tersenyum saat kau senang. Tapi kehidupan akan salut padamu jika kau membuat orang lain tertawa.”.  Dalam upaya membuat orang lain tertawa , maka lahirlah sebuah pertunjukan komedi.

Namun,  tak jarang komedi  memamerkan ketidak patutan,  dengan  mengeksplotasi kaum ” acrondroplasia ”  ( tubuh mini-red ) sebagai bahan bullyan guna memancing tawa penonton.  Dan  itulah yang dirasakan oleh Nanik Indarti, seniman teater asal Yogyakarta .

Melalui karya terbarunya bertajuk “ Menembus Batas “  yang dipentaskan di IFI Yogyakarta pada Rabu (5/6/2024) malam , Nanik  menyajikan kritikannya terhadap  industri hiburan yang sering menempatkan individu bertubuh mini dalam stereotip yang merugikan sekaligus menggambarkan kegelisahan  yang dialami para individu bertubuh mini.

“  Saya banyak mendengar jkeluhan dari seniman yang seringkali harus berhadapan dengan standar kostum yang tidak sesuai dan perilaku yang merendahkan dari pelaku industri hiburan.  Bahkan tak jarang teman-teman bertubuh mini ditempatkan sekadar sebagai lelucon.  Padahal, kami ini kan juga manusia biasa. “ ujar Nanik  kepada sejumlah awak media beberapa saat usai pertunjukan.

Foto: Olivia Rianjani

Baca Juga : Rafa Kusuma, Dalang Cilik Penyandang Down Syndrome

Nanik juga mengungkapkan, melalui pementasan “ Menembus Batas “ ini,   dia  ingin membuktikan bahwa para penyandang acrondroplasia yang terlahir dengan tubuh mini juga memiliki kemampuan dan passion yang setara di dunia seni.

Pertunjukan “ Menembus Batas “   yang skenarionya ditulis oleh Erlina  Rachmawati , dikemas dalam bentuk teater interaktif, menyerupai audisi pencarian bakat yang melibatkan penonton sebagai peserta audisi. Ini adalah cara unik untuk mengajak penonton merasakan langsung perjuangan para aktor.

Yang menarik, aktor utama dalam pertunjukan ini adalah teman-teman bertubuh mini dan teman tuli, dengan dukungan Juru Bahasa Isyarat (JBI) dan pembisik untuk teman netra, serta pendamping untuk penonton disabilitas.

Secara umum, pertunjukan ” Menembus Batas ” berlangsung sukses. Namun, hal itu tentu bukan sebuah kebetulan. Selama dua bulan, Nanik harus bekerja keras melakukan latihan dan melakukan koordinasi dengan para aktor yang beberapa diantara juga merupakan kaum disabilitas ”

” Latihan selama dua bulan dan dilakukan secara daring, karena beberapa pemain tinggal diluar kota.  Jadi bisa dibayangkan betapa sulitnya, karena kadang ada pemain yang  terkendala signal sehingga susah berkomunikasi. ” ujar Nanik.

Foto: Olivia Rianjani

Baca Juga : Keterbatasan Tak Halangi Farrel Raih Predikat Cumlaude

Dalam dunia seni,  Nanik Indarti bukan orang baru.  Dia merupakan pendiri   “ Unique Project Theatre, yang telah menorehkan sejumlah karya prestasi di dunia seni. Bahkan lulusan ISI Yogyakarta ini telah menjalin kolaborasi dengan Women’s Asia Fund yang mendukungnya dalam  memperjaungkan hak-hak kaum perempuan dan transgender di Asia.

Bahkan pada 2019 lalu,  Nanik mendapat penghargaan dari Indonesia Development Forum (IDF) sebagai pemenang kategori pertunjukan seni budaya. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Bappenas RI dan Kedutaan Besar Australia. Pada tahun 2023, ia kembali menerima hibah dari program Dana Indonesiana dan Women’s Fund Asia.

Beberapa karya Nanik antara lain Keindahan yang Tak Terbatas (2024), The Unlimited of Beauty (2023), Babad Wikara (2022), Kahanan (2019), dan Sepatu yang Sama: Kisah Jiwa dan Angka (2018).  Selain itu, Nanik juga menerbitkan buku Aku Perempuan Unik pada tahun 2018.  (*/Olive/SDs )

Komentar