Teras Malioboro News – Bila kita mengikuti keinginan atau yang sering kita sebut hawa nafsu, dunia dan semesta ini tidak akan pernah cukup. Dapat satu, ingin seribu. Begitu terus, sampai mati baru pupus.
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatan kamu itu.” (QS. 102 : 1 – 3)
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal tersebut yang menjadi jawaban atas keheranan kita terhadap pejabat dan orang berpunya, yang masih mau korupsi dan mengambil jalan pintas. Menghalalkan segala cara untuk mengeruk dan menumpuk lebih banyak lagi kekayaan. Menghalalkan segala cara agar bisa menapak dan memanjat lebih tinggi lagi.
Baca Juga : Perjalanan Menjernihkan Hati
“Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (HR. At Tirmidzi)
“Apakah kalian menyangka kefakiran itu adalah kekurangan harta?”. Abu Dzar menjawab: “iya wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kekayaan hakiki itulah kekayaan hati, dan kefakiran hakiki itu adalah kefakiran hati.” (HR. Ibnu Hibban)
Tentu saja, hal ini bukan berarti kita tidak boleh menjadi kaya raya. Bukan kita terlarang menjadi pejabat dan penguasa. Justru kita didorong untuk berada di sana. Akan tetapi, hal itu kita lakukan bukan karena memperturutkan hawa nafsu. Namun, didasarkan hanya semata-mata karena Allah. Kita sedang menjalankan fungsi sebagai hamba-Nya sekaligus pegawai atau wakil-Nya.
Karena kekayaan dan jabatan yang kita inginkan dan kita genggam adalah dalam rangka mengabdi kepada Allah, maka cara meraihnya, cara menunaikan dan memanfaatkannya pun, sesuai dengan rekomendasi Allah. Sehingga, semua menjadi bekal akhirat bagi kita dan menjadi Rahmat bagi sesama dan semesta.
Allah telah memberi petunjuk melalui Al Quran. Rasulullah telah memberi teladan. Para sahabat dan banyak sekali orang yang sholeh, telah pula mempraktekkan. Tinggal adanya kemauan dan keberanian.***
Komentar