Menjaga Hati dari Prasangka Buruk, Kunci Ketentraman Jiwa

Teras Malioboro News —   Prasangka buruk atau su’uzhan adalah sikap negatif yang muncul dari pikiran dan hati, biasanya tanpa bukti yang jelas. Dalam kehidupan sehari-hari, prasangka ini bisa merusak hubungan, menciptakan permusuhan, dan mengganggu ketenangan batin. Oleh karena itu, menjaga hati agar bersih dari prasangka buruk adalah kewajiban bagi setiap Muslim.

Allah SWT secara tegas memperingatkan dalam Al-Qur’an untuk menghindari sikap ini. Dalam surah Al-Hujurat ayat 12, Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa…” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini menjadi pengingat kuat bahwa tidak semua prasangka diperbolehkan. Bahkan sebagian besar darinya bisa menyeret seseorang kepada dosa karena menghakimi orang lain tanpa bukti yang sah.

Rasulullah SAW juga memperingatkan umatnya mengenai bahaya prasangka. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, beliau bersabda:

“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah sedusta-dustanya perkataan.” (HR. Bukhari & Muslim)

Hadits ini menekankan bahwa prasangka bukan hanya menyimpang dari kebenaran, tapi juga merupakan salah satu bentuk kebohongan dalam hati yang bisa merusak nilai-nilai ukhuwah.

Untuk menjaga hati dari prasangka buruk, langkah pertama adalah berpikir positif (husnuzhan). Latihlah diri untuk selalu mencari sisi baik dari seseorang atau suatu keadaan. Kedua, hindari informasi yang belum jelas kebenarannya, apalagi jika hanya bersumber dari gosip atau desas-desus. Ketiga, perbanyak dzikir dan doa agar hati dijaga oleh Allah dari bisikan syaitan yang selalu ingin menanamkan kebencian dan curiga.

Langkah lain yang tak kalah penting adalah melatih empati. Cobalah menempatkan diri pada posisi orang lain sebelum menilai tindakannya. Dengan empati, kita akan lebih mudah memahami alasan di balik perilaku seseorang dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan yang salah.

Baca Juga : Memberi Maaf Menyembuhkan

Mengendalikan prasangka buruk bukan berarti menjadi naif, tapi menjadi bijak dalam menilai. Islam mengajarkan keadilan, termasuk dalam menilai sesama manusia. Dengan menjaga hati, kita tidak hanya menjauh dari dosa, tapi juga menciptakan lingkungan sosial yang damai, harmonis, dan penuh kasih sayang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar