Mensyukuri Nikmat Sakit

Oleh : Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase207 Dilihat

Teras Malioboro News – Mensyukuri nikmat sakit. Mungkin terdengar sedikit aneh. Tapi itulah yang saya rasakan. Setelah lebih dari seminggu, asam urat berkunjung datang.

Sepenuhnya benar janji Allah, yang termuat dalam Al Quran, pada surah Ibrahim ayat 7 : “Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”

Begitu pula hadist Nabi yang dituturkan oleh Aisyah R.A, bahwa Rasul selalu bersyukur dalam segala kejadian dan keadaan. Baik sedang berhadapan dengan kelapangan maupun kesempitan. Sedang mengalami pertambahan maupun pengurangan. Bahkan kehilangan.

Malam Jumat, saya telah merasakan sakit di area telapak kaki sebelah kanan. Ini tanda-tanda atau peringatan asam urat segera menyapa. Benar saja, Sabtu pagi, kaki bertambah sakit. Jalan pun terasa sulit. Perlahan, kaki bengkak seperti membukit.

Segera saya periksa ke klinik. Aha, tidak salah lagi. Kadar asam urat menapak tinggi. Teringat makanan asyik yang belakangan saya konsumsi. Daging, jeroan, kacang bawang, kacang methe, bumbu pecel, dan yang paling fenomenal, emping.

Saya pun membatin, ini sesuai yang Allah peringatkan. Bila kita kufur terhadap nikmat Allah, Azab-Nya sungguh pedih. Bukankah salah satu tanda kufur nikmat adalah tidak merawat pemberian Allah dengan baik. Termasuk tidak menjaga jenis atau kadar asupan makanan yang baik bagi tubuh dan kesehatan kita?

Selama seminggu, saya berdoa kepada Allah agar diberikan yang terbaik. Sembari, menjalankan perintah untuk berikhtiar berobat dan menjaga pola makan. Berikut menjalani pola hidup sehat. Salah satunya, termasuk olah raga. Tentu, disesuaikan dengan diri saya yang sedang sakit.

Oh ya, saya berdoa agar Allah beri yang terbaik, bukan minta cepat sembuh, karena teringat ceramah seorang profesor tentang perempuan yang datang kepada Rasul minta agar didoakan supaya sembuh dari penyakitnya. Rasul memberi pilihan. Pertama, Rasul doakan dan seijin Allah akan sembuh. Kedua, perempuan ini bersabar dari sakitnya, karena itu lebih baik baginya. Perempuan ini memilih yang kedua, bersabar. Allah pun memberikan pahala surga kepadanya.

Saya juga ingat hadist Rasul tentang sakit menggugurkan dosa dan janji Allah dalam Al Quran berkaitan sabar,  yang akan diganjar pahala tanpa batas. Seiring dengan itu, saya belajar tidak hanya menerima kejadian atau bersabar. Tapi sekaligus juga bersyukur. Salah satu prakteknya, berpikir dan bertindak positif. Supaya sakit ini menjadi sarana untuk dibersamai Allah sekaligus menjadi lahan bagi saya agar nikmat Allah mengalir deras.

Alhamdulillah, setelah lebih mendekat kepada Allah, menjaga makanan, dan menerapkan gaya hidup sehat, seijin Allah, bukan hanya asam urat yang sembuh. Tapi, hal-hal lain yang biasanya di atas ambang normal menjadi normal. Hal ini terpampang lewat bonus kecil yang terungkap dalam  hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kolesterol, asam urat, gula darah, dan tensi.

Asam urat saya sudah normal diangka 5.4 dari rentang untuk laki-laki 3 – 7.2 mg/dl. Kemudian, kolesterol saya menunjukkan angka 193. Masih di bawah 200 mg/dl. Padahal, biasa bermain di 200 lebih. Begitu pula, gula darah di angka 93 untuk rentang ukuran sewaktu di 80 – 144 mg/dl. Terakhir, yang cukup mengejutkan adalah tensi saya. Biasa bermain di 160 ke atas per 120 ke atas. Saat diperiksa menunjukkan angka 140/100.

Saya jadi memahami makna sebuah ungkapan. Terkadang Allah mengambil sedikit nikmat di tubuh kita. Karena ingin menyelamatkan seluruh badan kita. Begitu pula, terkadang Allah mengambil sedikit nikmat dari hidup kita, supaya menyelamatkan diri kita. Bukan hanya di dunia. Tapi di akhirat kelak.***

Komentar