Teras Malioboro News – Dr Haryadi Baskoro, seorang penulis dan kolumnis aktif dalam bidang keistimewaan Yogyakarta, kini berkolaborasi dengan tokoh muda gerakan pemberdayaan perempuan asal Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, Kabik Amaz Jasikha. Kolaborasi ini bertujuan untuk menulis dan menerbitkan sebuah buku yang mengangkat eksistensi masyarakat Dayak, khususnya Kalimantan Tengah, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Buku tersebut diharapkan dapat merajut sinergi budaya antara Yogyakarta dan Dayak, menciptakan pemahaman yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai budaya kedua daerah.

Haryadi Baskoro bukanlah sosok asing dalam dunia literasi dan penelitian budaya. Sebelumnya, ia telah menulis berbagai buku, termasuk “Kuliah Keistimewaan Yogya” yang telah diluncurkan di beberapa kampus ternama seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJ). Dengan latar belakang sebagai peneliti dalam bidang antropologi budaya, Haryadi memiliki pengalaman mendalam dalam menggali dan menghubungkan kebudayaan-kebudayaan Nusantara.
Melalui Buku, Dr Haryadi Baskoro Sebarkan Keistimewaan Yogyakarta ke Dunia
Sementara itu, Kabik Amaz Jasikha merupakan puteri sulung dari Yetro Midel Yoseph, seorang anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah. Kabik telah menyelesaikan pendidikan S1 Ekonomi di Universitas Gadjah Mada dan memiliki ketertarikan mendalam dalam mengangkat budaya Dayak serta membangun sinergi dengan budaya lain, khususnya Yogyakarta. Pengalaman akademiknya di Yogyakarta mendorongnya untuk terlibat dalam kolaborasi bersama Haryadi guna menghubungkan budaya Dayak dengan keistimewaan Yogyakarta.
Dukungan terhadap proyek ini datang dari berbagai pihak, salah satunya dari HP Management melalui Pulung Wahyu Pinto SH. Pulung menekankan bahwa kolaborasi antara Haryadi dan Kabik juga merupakan langkah strategis dalam mendukung pembangunan di Kabupaten Murung Raya dan Provinsi Kalimantan Tengah secara umum. Untuk itu, jejaring penggerak pembangunan dari Yogyakarta, termasuk Pdt. Arief Arianto dan Pdt. Budi Santosa, telah menyatakan komitmen mereka dalam mendukung pembangunan di Murung Raya. Kelompok ini menamakan diri sebagai “Sahabat Pembangunan Murung Raya” dan berupaya menjadikan Murung Raya sebagai pusat kearifan lokal Dayak serta peradaban berbasis Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Pulung Wahyu Pinto juga mengungkapkan rencana mereka untuk menulis buku tentang Bupati Murung Raya, Heriyus M. Yoseph. Heriyus, yang menjabat sebagai Bupati Kabupaten Murung Raya periode 2025-2030, memiliki peran penting dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di daerahnya. Kabupaten Murung Raya dikenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah, terutama hutan dan sumber daya mineral, sehingga pengelolaan yang baik sangat diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat setempat.
Kolaborasi ini bukan sekadar proyek literasi, tetapi juga sebuah gerakan untuk memperkuat hubungan budaya dan pembangunan antarwilayah. Dengan menggabungkan keahlian Haryadi dalam penelitian budaya dan semangat Kabik dalam pemberdayaan perempuan serta pembangunan daerah, diharapkan buku ini dapat menjadi jembatan antara budaya Dayak dan Yogyakarta, serta memberikan manfaat nyata bagi masyarakat di kedua wilayah tersebut. (Chaidir)