Nak, Bahagia Itu

Sebuah Cinta untuk Belahan Hati

Headline1, Oase56 Dilihat

Nak, kita kerap seumpama ikan yang kehausan di kolam dengan air yang penuh melimpah. Semisal orang yang sibuk mengetuk-ngetuk pintu karena merasa ada di luar. Padahal sesungguhnya, kita telah berada di dalam rumah.

Nak, itulah cermin diri, yang sibuk mencari kebahagiaan ke sana kemari. Padahal bahagia, ada di bilik hati. Ada di dalam diri. Dekat tidak bersekat. Sederhana apa adanya. Ia gerimis, yang diam-diam mengalir membasahi. Berbisik lirih, memanggil kita detik demi detik. Tanpa lelah dan henti.

Nak, bahagia itu, hati yang menerima apapun yang telah terjadi dengan ikhlas. Baik suka cita maupun duka lara. Karena kita berfokus pada Allah yang mengijinkan semua kejadian. Tanpa pengecualian.

Baca juga : Bahagia Itu Dekat Dan Sederhana

Bila diberi kesulitan dan kehilangan, sabar yang kita genggam. Jika Allah beri kemudahan dan kelebihan, syukur yang kita hamparkan. Hati tetap tenang, lapang, dan senang.

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Nak, bahagia itu, hati yang tidak kuatir terhadap apa pun yang akan terjadi. Sebab, kita mewakilkan sepenuhnya kepada Allah, buah dan hasil dari segala yang telah kita jalani. Kita menyadari bahwa tugas makhluk sebatas berikhtiar yang terbaik. Merencanakan dengan rencana terbaik dan merealisasikan dengan cara yang terbaik. Sementara soal hasil, sepenuhnya kewenangan dari Sang Khalik.

“…Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. 65 : 2-3)

Baca Juga : Bahagia Itu Sederhana

Nak, bahagia itu, kita menjalani saat ini dengan hati yang tenang, lapang, dan senang. Tersebab, semua kita lakukan semata-mata karena Allah yang Maha Rahman. Tidak sibuk ingin mencari perhatian dan pujian. Sehingga hati, tidak beriak dan mabuk oleh pujian. Tidak keruh dan terpuruk oleh hinaan.

Sebab, hanya kepada Allah, hati kita terkait dan terpaut. Hanya kepada Allah, hati kita terikat dan terekat. Hanya kepada Allah, hati kita tersambung dan tergantung.

“Katakanlah, Dialah Allah yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu.” (QS. 112 : 1-2)

Salam teduh : Ustadz Sujarwo

Komentar