Pengamat UGM Kritik Etika Gibran saat Debat, Sikap Cawapres 02 Rendahkan Lawan Bicara

Politik191 Dilihat

TerasMalioboroNews-Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radi, mengkritik sikap calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, saat gelaran Debat Cawapres Kedua, Minggu (21/1/2024) malam. Gibran dianggap masih menggunakan strategi yang sama, pertanyaan yang menjebak untuk menyerang lawan debatnya.

“Kali ini lebih banyak membahas masalah-masalah substansi, dan masalah gimik itu sudah mulai dikurangi, meskipun Gibran tampaknya masih menggunakan strategi menyerang dengan beberapa yang seorang merendahkan lawan bicaranya itu tadi,” katanya.

Dirinya juga mengkritik sikap Gibran yang seperti tak mematuhi aturan KPU yang menyebut singkatan dalam debat harus dijelaskan. Aturan lain yang dilanggar adalah, Gibran meninggalkan podium, padahal ketentuan KPU telah jelas melarang capres-cawapres meninggalkan podium.

“Kemudian juga KPU sudah menetapkan singkatan-singkatan harus ada penjelasan, tampaknya Gibran melakukan dan tampak sengaja membahs tentang Green Inflation atau inflasi hijau. Mestinya ada penjelasan apa yang dimaksud Green Inflation supaya substansinya dibahas,” katanya.

Green Inflation menjadi salah stau topik panas yang didebatkan pada ajang debat keempat pilpres 2024 malam ini. Berawal dari Gibran, paslon nomor urut 2, bertanya kepada Mahfud MD.

Green Inflation atau inflasi hijau sebenarnya adalah inflasi di mana terjadi kekurangan konsumsi atau kenaikan harga bahan bakar fosil. Inflasi hanya terjadi saat nilai uang itu sendiri menjadi masalah.

Saat ditanya oleh Gibran, Mahfud MD sudah menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Mahfud mengungkapkan inflasi hijau berkaitan dengan ekonomi hijau atau ekonomi sirkuler.

“Sebuah proses pemanfaatan produk ekonomi pangan misalnya, atau apa misalnya, diproduksi kemudian dimanfaatkan kemudian di-recycle. Jadi bukan barang itu dibiarkan mengganggu ekologi,” katanya.

Namun, saat menanggapi jawaban Mahfud, Gibran malah kembali mempertanyakan jawaban yang sudah diberikan. Gibran mengungkapkan Mahfud justru menjelaskan ekonomi hijau, bukan soal green inflation.

“Saya lagi mencari jawaban Prof Mahfud, saya cari-cari di mana ini jawabannya, kok tidak ketemu jawabannya,” katanya.

Senada disampaikan pengamat komunikasi politik Henri Subiakto. Ia menilai penampilan calon wakil presiden (cawapres) 02 Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres kedua, Minggu (21/1/2024) buruk. Bahkan Henri mengatakan penampilan Gibran dalam debat yang digelar di JCC Senayan, Jakarta itu bisa membuat paslon nomor 02 ditinggalkan para pemilih.

Ia menilai penampilan Gibran buruk lantaran tidak berubah. Gibran tetap menggunakan cara-cara tricky untuk menjebak lawan dalam bertanya.

“Kenapa Gibran nampak buruk. Walau penguasaan materi membaik, tapi dia terkesan tidak berubah, tetap menggunakan cara-cara tricky untuk menjebak lawan dalam bertanya,” kata Henri, Minggu (21/1/2024).

Sementara, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Wahid alias Alissa Wahid menyayangkan sikap Gibran tersebut. Apalagi aksi tersebut dilakukan berkali-kali hingga pada akhirnya Mahfud MD merasa dipermainkan.

Lewat akun X miliknya @AlissaWahid, putri Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, menganggap sikap Gibran tersebut termasuk melecehkan orang lain.

“Menyayangkan sikap mas @gibran_tweet malam ini. Sedikit jahil berbeda dengan sikap melecehkan orang lain. Dan itu yang tadi ditunjukkan mas Gibran berulang-ulang kepada kedua kandidat lain,” katanya.

Ning Alissa pun mengaku sedih atas pembelaan yang dilayangkang politisi muda Tsamara Amani melalui akun X @TsamaraDKI: ‘Mengapa kalau anak muda yang keras dan kritis selalu dianggap tidak sopan? Tetapi jika yang melakukan itu adalah orang tua ke anak muda selalu dianggap biasa saja, dan kita sebagai anak muda diminta menerima seolah itu sesuatu yang biasa saja. Apakah ini tidak standar ganda?’

“Sedih saya baca twit ini. Masa mba @TsamaraDKI tidak bisa membedakan sikap kritis dengan sikap kemlinthi dan merendahkan?,” tuturnya.

Diketahui, green inflation merupakan indikasi kenaikan tajam harga bahan misalnya logam, mineral seperti lithium dan sumber daya lain, energi dan bahan bakar yang digunakan dalam penciptaan teknologi dan proyek energi terbarukan. (*)

Komentar