Teras Malioboro News – Rangkaian tulisan tentang pentingnya menjernihkan hati dan mensucikan jiwa ini adalah bagian dari materi kajian pada Pengajian Ridho Allah. Begitu pula, kajian alumni Sekolah Kehidupan.
Surah An-Nas, menyebut Tuhan dengan 3 sifat, yakni Rab, Malik, dan Illah. Sementara yang diminta adalah satu : perlindungan. Perlindungan dari bisikan dan rayuan setan yang merasuk ke dalam hati.
Sedangkan surah Al Falaq, justru menyebutkan Tuhan dengan satu sifat, yakni Rabb Al Falaq, untuk meminta tiga perlindungan. Perlindungan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Perlindungan dari penyihir yang meniupkan pada buhul-buhul (talinya). Perlindungan dari kejahatan orang dengki, apabila mewujudkan kedengkiannya.
Hal ini menyuratkan pesan kepada kita bahwa ancaman kejahatan yang muncul dan bergolak di dalam hati, jauh lebih berbahaya dari ancaman kejahatan yang bersumber di luar diri. Berarti pula, ancaman kejahatan syetan yang berada di dalam diri kita, jauh lebih berbahaya dan merusak, dibandingkan dengan ancaman yang bersifat lahir dan di luar diri kita.
Baca Juga : Rendahkan Hati, Tundukkan Ego
Kesimpulan tersebut, mengingatkan kita pada sebuah hadist, yang walaupun dari sudut sanadnya dikategorikan dhoif. Namun dari sudut isi atau matannya, sama sekali tidak bermasalah.
“Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lantas sahabat bertanya, “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab, “jihad (memerangi) hawa nafsu.”
Hadist di atas diperkuat dengan hadist shoheh yang berbicara tema yang sama. Jihad yang utama adalah jihad melawan hawa nafsu.
“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh ibnu Najjar dari Abu Dzarr)
Baca Juga : Akuilah Kesalahan Kita
Tidak bisa tidak, pemaparan terdahulu, mengingatkan dengan tegas betapa pentingnya upaya membersihkan jiwa. Supaya jiwa mengendalikan dan memandu nafsu. Sehingga kita tetap berada di jalan yang lurus. Jalan yang diridhoi Allah.
“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaan. Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya. Sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. 91 : 8 – 10)
Di samping itu, seluruh uraian di atas, menempatkan upaya menjernihkan hati pada posisi yang sangat penting dan genting. Sebab, ia menjadi sarana dan tempat berpijak yang kokoh bagi upaya mensucikan jiwa. Konsekuensi lebih lanjut, mempelajari dan mengamalkan 7 Ilmu Penjernih Hati (Sabar, Sholat Khusyuk, Ikhlas, Syukur, Tawakal, Zikir Perbuatan, serta Berprasangka baik dan waspada) dalam kehidupan kita, menjadi sebuah keniscayaan.
Dengannya kita berharap, dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Kelak, kita dipanggil sebagai jiwa yang tenang. Jiwa yang hatinya ridho dan diridhoi. Jiwa yang berada dalam barisan hamba Allah. Jiwa yang dirahmati Allah untuk masuk ke dalam surga-Nya.
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. 89 : 27 – 30)***
1 komentar