Teras Malioboro News — Prosesi Dhaup Ageng di Istana Paku Alaman tinggal menghitung hari. Sehubungan dengan hal tersebut , Pura Paku Alaman akan melaksanakan pemasangan hiasan untuk menyambut para tamu yang disebut dengan “Majang Tarub ´.
Panitya Dhaup Ageng Paku Alaman 2024 GPH Haryo Harimurti menjelaskan, Pada hari Ahad, 24 Jumadilakir Jimawal 1957 bertepatan dengan 7 Januari 2024, Kadipaten Pakualaman menggelar Upacara Majang Tarub serta Majang Pasereyan.
Kegiatan bertempat di tratag rambat Kagungan Dalem Bangsal Sewatama, Gusti Pangeran Harya Indrokusumo beserta Bandara Pangeran Harya Kusumo Bimantoro memimpin prosesi ini. Do’a dan Wilujengan mengawali yang kemudian dilanjutkan majang tarub yang terdiri dari pasang bleketepe dan pasang tuwuhan di Kuncung Tratag Kagungan Dalem Bangsal Sewatama, Tratag Kagungan Dalem Kepel, Kagungan Dalem Regol Danawara, Kagungan Dalem Pawon Ageng, dan Tratag Kagungan Dalem Bangsal Kepatihan.
Sementara itu, prosesi Majang Pasareyan dilaksanakan di Kagungan Dalem Gedhong Ijem (Kamar Calon Pengantin Laki-Laki), Kagungan Dalem Gedhong Purwaretna (papan upacara tampakaya), Kagungan Dalem Kepatihan Gandhok Wetan (Kamar Calon Pengantin Putri).
Prosesi majang pasareyan di pimpin oleh Cepeng Damel Putri Bandara Raden Ayu Indrokusumo didampingi Bandara Raden Ayu Kusumo Bimantoro dan para sedherek Dalem putri.
Dijelaskan Harimurti, Tarub dalam bahasa Jawa berarti ‘hiasan untuk pernikahan’ yang meliputi dedaunan yang memuat makna sekaligus menyimbolkan harapan bagi pengantin agar kelak hidup selamat dan sejahtera.
Sedangkan Bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang dimaknai sebagai penyaring energi negatif diharapkan penyelenggaraan prosesi pernikahan dapat berjalan dengan selamat, lancar dan dalam berkah-Nya.
Majang ‘menghias supaya indah’ adalah menata dengan terencana atas segenap perlengkapan yang akan digunakan oleh calon pengantin laki-laki dan perempuan di kamar masing-masing. Diharapkan dalam hidup berumah tangga sang pengantin kelak senantiasa mampu menata diri sehingga tercipta suasana yang indah, harmoni
Sementara itu, dikutip dari situs kratonjogja.id, upacara Majang & Pasang Tarub di dalam keraton disimbolkan dengan memasang hiasan dan sesaji. Pihak penanggungjawab acara Dhaup Ageng akan memasang bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda (janur) di atas atap.
Selanjutnya, tarub atau hiasan janur yang dibuat melengkung dan tuwuhan yang terdiri dari pohon, daun dan biji-bijian tertentu akan dipasang dibeberapa lokasi di dalam keraton.
Baca Juga : Perlu Strategi Khusus Dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya
Makna Filosofi Prosesi Majang Tarub
Pernikahan di budaya Jawa memiliki kekayaan tradisi dan filosofi yang mendalam. Salah satu prosesi pernikahan yang kaya makna adalah “Majang Tarub.” Majang Tarub bukan hanya sebuah rangkaian acara biasa dalam upacara pernikahan Jawa, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritualitas.
1. Asal-usul Majang Tarub:
Prosesi Majang Tarub berasal dari kisah legendaris dalam mitologi Jawa yang dikenal sebagai “Legenda Majang Tarub.” Kisah ini mengisahkan kisah asmara antara Majang Tarub, seorang pemuda, dan Nawang Wulan, seorang bidadari. Cerita ini kemudian menjadi inspirasi untuk ritual pernikahan yang diadopsi dalam budaya Jawa.
2. Simbolisme dalam Nama:
Kata “Majang” dalam Bahasa Jawa berarti ‘meletakkan’ atau ‘menghadapkan.’ Sementara “Tarub” merujuk pada nama tokoh utama dalam legenda tersebut. Dengan demikian, Majang Tarub mengandung makna simbolis meletakkan dasar yang kuat untuk hubungan pernikahan, menghadapkan ke arah yang penuh makna dan berkelanjutan.
3. Kesatuan dan Harmoni:
Majang Tarub menyoroti nilai kesatuan dan harmoni dalam pernikahan. Pemuda dan pemudi yang menjadi bagian dari prosesi ini melambangkan perpaduan dua jiwa yang berbeda, namun bersatu untuk menciptakan kehidupan yang seimbang dan harmonis. Prosesi ini menjadi simbol kesatuan yang erat antara dua individu yang akan membentuk rumah tangga bersama.
4. Simbol Tanaman Tarub:
Dalam beberapa versi legenda, Tarub diselamatkan oleh Nawang Wulan dengan menanamkan sebatang tanaman di dekat makamnya. Tanaman tersebut kemudian tumbuh dan menjadi sarana pertemuan keduanya. Dalam Majang Tarub pernikahan, tanaman ini mewakili pertumbuhan dan perkembangan hubungan pernikahan yang perlu ditanam dan dirawat agar dapat berkembang dengan baik.
5. Spiritualitas dan Keseimbangan:
Prosesi Majang Tarub juga mencerminkan nilai-nilai spiritualitas dalam pernikahan. Penggunaan simbol-simbol alam, seperti tanaman dan air, merujuk pada keseimbangan alam dan keberlanjutan hidup. Ini mengingatkan pasangan yang akan menikah untuk hidup sejalan dengan nilai-nilai. kehidupan dan menjaga keseimbangan dalam pernikahan mereka.
6. Peran Masyarakat:
Majang Tarub tidak hanya melibatkan calon pengantin, tetapi juga melibatkan partisipasi masyarakat. Melalui prosesi ini, masyarakat turut serta dalam memberikan dukungan dan restu kepada pasangan yang akan menikah. Ini menciptakan atmosfer kebersamaan dan solidaritas di antara anggota masyarakat.
Dalam keseluruhan, Majang Tarub dalam pernikahan Jawa bukan hanya sekadar serangkaian upacara, melainkan sebuah perjalanan simbolis menuju kesatuan, keseimbangan, dan keharmonisan dalam hidup berumah tangga. Prosesi ini mewakili penghargaan terhadap nilai-nilai budaya dan spiritualitas yang menjadi dasar keberhasilan sebuah pernikahan dalam tradisi Jawa. (*/Sulist Ds )
Komentar