Rendahkan Hati, Tundukkan Ego

Oleh : Ustadz Sujarwo

Oase252 Dilihat

Teras Malioboro News – “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina, mereka membalas dengan ucapan salam.” (QS. 25 : 63)

Rendahkan hati, serendah mungkin. Sehingga, tidak ada lagi tempat untuk merendahkan dan direndahkan orang lain. Jangan kuatir, rezeki menyapa seperti air. Ketempat yang rendah, ia mengalir.

Ingatlah pepatah lama yang menasehati. Jadilah seperti padi. Semakin merunduk, sewaktu bertambah padat berisi. Dalam harta yang kita miliki. Jabatan yang kita duduki. Ilmu yang kita kuasai. Sukses yang kita puncaki. Penghargaan dan penghormatan yang kita nikmati.

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS. 17 : 37)

Baca Juga : Tunduk dan Patuh Kepada Allah

Kita sepenuhnya menyadari, hanya atas seijin Allah, semua terjadi. Kita seutuhnya meyakini, semua akan berakhir. Ujungnya pasti menepi. Terputus karena mati yang datang mengunjungi.

Kita mengetahui dengan pasti bahwa setan terkutuk, tersebab sombong dan tinggi hati. Merasa diri lebih baik dan lebih tinggi. Merasa diri lebih banyak mengetahui dan memahami. Membelakangi kebenaran yang sudah pasti.

Mari rendahkan hati. Turunkan ego dan nafsu yang membelenggu diri. Kenali Allah yang Maha Kasih. Setiap detik, perbanyak zikir : hati, pikir, lisan, dan aksi. Puasa Sunnah terus iringi. Supaya nafsu dipandu hati. Sehingga setan tidak mudah merasuki.

Baca Juga : Hebatnya Orang Beriman

Orang yang nafsunya telah dibimbing hati, selalu menghamparkan minimal dua tanya untuk segala tindakan yang akan ia lakukan. Pertama, “Tindakan itu, boleh atau tidak menurut Allah?” Bila jawabannya boleh. Kita lanjutkan dengan pertanyaan kedua. “Apakah tindakan tersebut adalah perbuatan terbaik dan yang paling disenangi oleh Allah yang Maha Rahman?” Bila jawabannya ya, maka baru kita wujudkan.

“Dan Aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan. Karena sesungguhnya, nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan. Kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya, Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 12 : 53)***

Komentar