Semua Titipan Bukan Milik Kita

Payung Peneduh

Headline1, Oase64 Dilihat

Teras Malioboro News – Semua titipan. Semua sementara. Semua fana. Bisa berkurang, rusak, hilang, dan binasa. Hanya Allah yang kekal. Sehingga, semua tidak bisa jadi gantungan, pegangan, dan sandaran. Kecuali Allah yang Maha Rahman.

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan yang tetap kekal hanyalah Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. 55 : 26 – 27)

Oleh karena semua titipan. Apapun yang ada pada kita, pada saatnya akan diambil kembali oleh Zat yang memberi titipan. Kita rela maupun terpaksa. Diri kita yang cantik ataupun tampan.  Anak yang membanggakan. Pasangan yang menyenangkan. Gelar yang mengular panjang. Kekayaan yang tanpa tepian. Jabatan yang tinggi mengawan.

Dalam setiap musibah yang datang. Baik kekurangan maupun kehilangan. Kita tegaskan kembali kesadaran di atas dengan ungkapan, “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.” (QS. 2 : 154 – 155)

Minimal ada dua konsekuensi terhadap kesadaran apa yang ada pada kita adalah titipan. Pertama, kita tidak bersedih berlebihan bila mengalami pengurangan dan kehilangan. Seperti juru parkir yang ikhlas, saat pemilik kendaraan mengambil kembali mobil mewah yang dititipkan. Andaipun, sang juru parkir sangat menyukai mobil tersebut. Karena sadar bahwa itu bukan miliknya. Hanya titipan.

Kedua, kita jaga, kita rawat, dan kita “manfaatkan” apa-apa yang dititipkan kepada kita, sesuai dengan keinginan dari yang memberi titipan. Bukan sesuai dengan keinginan dan kemauan kita.

Dalam kaitannya bahwa semua merupakan titipan Allah, maka dalam merawat, menjaga, dan memanfaatkan apa yang Allah titipkan, ukurannya adalah Allah ridho atau tidak? Bila Allah ridho, lanjutkan. Bila Allah tidak suka, tinggalkan.

“…Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2 : 216)

Salam teduh : Ustadz Sujarwo***

Komentar