TERAS MALIOBORO NEWS –– Sepak terjang KH Imam Jazuli di kancah politik nasional dalam konteks memperjuangkan kepentingan pesantren dan kaum santri dalam satu dekade terakhir sangat luar biasa.
Tak salah nama KH Imam Jazuli masuk dalam daftar Tim Nasional (Timnas) pemenangan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 1, Anis Baswedan-Muhaimin Iskandar, yang dirilis pada Selasa 21 November 2023 sebagai Dewan Penasihat.
Langkah pasangan AMIN memasukkan nama KH Imam Jazuli dalam jajaran Timnas pemenangan sangat tepat. Pengasuh pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat ini disandingkan dengan nama-nama kiai berpengaruh dari berbagai pesantren yang punya nama besar.
Di antara para Kiai tersebut antara lain KH Zamzami Mahrus (PP Lirboyo Kediri), KH Kholil Nawawie (Sidogiri Pasuruan), KH Fahim Royani (Ploso Kediri), KH Ahfas Abdul Hamid (Lasem Rembang), KH Cholil As’ad Syamsul Arifin (Asembagus Situbondo), KH Imam Jazuli (Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon).
Kiai Imam Jazuli, Gus Yusuf Chudori, Gus Salam Perkuat Dewan Penasihat Timnas AMIN
Ada jua nama kiai kharismatik KH Abdusalam Shohib (Denanyar Jombang), KH Fuad Nur Hasan (Sidogiri Pasuruan), KH Muhamad Najih Maimoen (Rembang), KH Said Abdurrahim (PP Mus Sarang, Rembang), KH Fuad Dimyatii ( PP Termas Pacitan), KH Mas Mansyur Tolhah (At Tauhid- Sidoresmo Surabaya) KH Saifullah Ma’sum, Bu Nyai Djuwariyah Fawaid As’ad dan Bu Nyai Saidah Marzuki.
KH Imam Jazuli adalah kiai muda yang selama ini kerap bersuara keras lewat tulisan-tulisannya yang kritis dan tajam di media-media mainstream.
Lulusan Pesantren Lirboyo dan Universitas Al-Azhar Mesir ini sering menyerukan perlawanan terhadap oligarki dan bentuk-bentuk intoleransi ekonomi yang menyengsarakan rakyat kecil.
Kiai berusia 47 tahun yang merayakan hari lahirnya setiap 17 November ini mendapat sorotan tajam saat menggagas gerakan menggemparkan warga Nahdliyyin bertagline “Ngaku NU, Wajib Ber-PKB”
Gerakan yang dimotori Kiai Imam Jazuli ini viral meski berlawanan dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf.
Gus Yahya berulang kali di media massa mengutarakan keengganannya membiarkan NU terseret terlibat politik praktis parpol tertentu. Menurutnya, NU adalah rumah bagi semua parpol dan politisi, sehingga NU tidak perlu mendukung parpol tertentu, seperti PKB.
Dalam pandangan Kiai Imam Jazuli, fakta sosial sikap politik PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya ini perlu diubah ke arah lain, tepatnya warga Nahdliyin harus diarahkan mendukung PKB.
Menurut Kiai Imam Jazuli, jika warga NU tidak berada di kursi kekuasaan atau menjauhkan warga NU dari kekuasaan praktis sama saja menghalangi perjuangan melawan oligarki dan intoleransi ekonomi secara lebih struktural, sistematis, dan massif.
Dengan ideologi ini, Kiai Imam Jazuli memiliki pengaruh besar untuk meraup suara pemilih AMIN terutama ke masyarakat Jawa Barat, Banten dan Jabotabek.
Posisi Kiai Imam Jazuli sangat strategis untuk memenangkan pasangan Anis Baswedan-Muhaimin Iskadandar di wilayah Jawa Barat yang merupakan basis Prabowo Subianto di Pemilu 2019.
Sebagai Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, dengan jumlah kurang lebih 4500 santri, dan kampus pesantren seluas 72 hektare, Bina Insan Mulia saat ini merupakan pesantren terbesar di Jawa Barat.
Kedekatan Kiai Imam Jazuli dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, terlihat cukup mesra. Beberapa kali Cawapres representasi warga Nahdliyyin ini sowan ke Cirebon menemui Kiai Imam Jazuli.
Kiai Imam Jazuli memang tak pernah tanggung dalam berjuang, Kontribusinya ke PKB tidak main-main. Pada pertengahan Juli 2023 lalu, Kiai berjuluk Kiai Imjaz ini mengumpulkan lebih dari 500 Caleg PKB Dapil DKI Jakarta dan Banten di Kampus BIMA Cirebon untuk dibekali langkah-langkah strategis memenangkan Pemilu 2024.
Meski demikian, Kiai Imam Jazuli dalam beberapa kesempatan mengaku tak punya kepentingan atau ambisi pribadi dalam memperjuangkan kaum santri lewat PKB.
“Saya tidak mengejar jabatan atau posisi apapun. Perjuangan ini saya lakukan semata-mata untuk kepentingan pesantren, masa depan santri dan bangsa ini agar berubah ke arah yang lebih baik adil dan sejahtera. Saya cukup jadi guru ngaji kampung saja,” kata Kiai Imam Jazuli. ***
Komentar