Teras Malioboro News – Di lingkungan pondok, ada istilah suul adab. Istilah untuk menunjukkan tindakan yang diangap tidak sopan dan tidak patut. Baik terhadap Kiai ataupun orang yang lebih tua.
Dalam suul adab, termasuk berburuk sangka terhadap mereka. Menggosipkan keburukan mereka. Bahkan, hal-hal kecil, yang tidak pada tempatnya.
Kalau suul adab terhadap makhluk dipandang sesuatu yang tercela. Apalagi, bila suul adab terhadap Allah. Kelewatan, sungguh terlalu!
Saat kita sedang seru-serunya rapat. Masuk waktu sholat. Suara azan terdengar kuat. Hati kita bukannya senang. Malah kita melontarkan keluhan. Hadeh, kok waktu sholat sudah datang.
Kalau ada yang bertanya, “Mengapa mengeluh dan merasa terganggu?” Jawabannya, “Sedang tanggung. Gagasan bisa kembali tergulung. Lebih parah lagi, deal bisa jadi urung. Bukan untung, kita bisa buntung!”
Kita bisa bangun jam. 03.00 pagi. Sembari menyempatkan mandi. Bahkan, tidak lupa berpakaian rapi. Mengejar jam penerbangan paling dini.
Kalau ada yang bertanya, “kok bisa?” Jawabannya, “Ini soal mendesak dan darurat. Bisa rugi kalau terlambat. Di samping itu, khan malu jika terlihat lusuh di pesawat.”
Saya ingin hidangkan dan sajikan, pertanyaan retoris Allah. Menohok keras dengan telak. Terhadap kita yang lalai dan mudah lupa.
“Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” [QS. 10 : 31]
Ada jamaah yang bertanya, “Romo Kiai, saya sudah sholat dhuha dan tahajud 3 tahun lamanya. Tapi mengapa, doa yang saya panjatkan, belum juga dipenuhi Allah?”
“Seharusnya engkau bersyukur. Selama tiga tahun ini, Allah beri kesehatan dan mampukan dirimu melaksanakan sholat dhuha dan tahajud. Padahal, banyak orang, yang untuk bangkit dari tempat tidur saja tidak mampu,” jawab Romo Kiai, sambil tersenyum.
“Engkau pantas bersyukur. Karena sebenarnya, bukan doa mu belum Allah terima. Tapi, Allah alihkan dengan mencegah datangnya kepadamu musibah. Sakit, kecelakaan, tertipu, dan lainnya,” tambahnya.
“Engkau pantas bersyukur. Sebab sesungguhnya, bukan doamu tidak Allah terima. Tapi Allah jadikan tabungan, saat hari perhitungan datang. Dosa, Allah hapuskan. Sementara timbangan kebaikan, Allah beratkan,” pungkas Romo Kiai, dengan tatapan teduh, penuh kasih sayang.
Termasuk bagian suul adab kita kepada Allah, berburuk sangka pada takdirnya. Kuatir dan ragu terhadap apa-apa yang telah Allah janjikan.
Bagian suul adab kita kepada Allah. Sibuk melihat dan menghitung kekurangan dan apa-apa yang belum Allah berikan. Gagal memandang dan menghitung rezeki, rahmat, dan nikmat, yang telah Allah anugerahkan.
Bagian suul adab kita kepada Allah. Memandang diri dan makhluk, lebih tinggi, lebih penting, dan lebih utama dibanding Allah. Kita lupa siapa diri kita di hadapan-Nya
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.” [QS. 2 : 255]
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.” [QS. 36 : 82]
Salam teduh : Ustadz Sujarwo
Komentar