Tawakal Teman Sejalan Ikhtiar

Oleh : Ustadz Sujarwo

Oase695 Dilihat

Teras Malioboro News – Pada pembahasan terdahulu, kita telah memahami arti dan makna tawakal. Kita juga telah mengerti bahwa tawakal bukan teman seiring dari menyerah kalah. Tawakal bukan kawan sejalan dari pasrah tanpa usaha. Justru tawakal mensyaratkan adanya rencana dan ikhtiar terbaik yang wajib kita siapkan dan hamparkan dengan optimal.

Suatu saat Rasulullah melihat seorang sahabat, Abu Umamah, yang berwajah mendung karena dililit hutang begitu kuat. Rasul mengajarkan kepadanya sebuah doa untuk meminta terbebas dari hutang, yang dimulai dengan permohonan agar tidak berkeluh kesah, pesimis, dan malas.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.” (HR. Abu Daud)

Kita juga teringat dengan kisah Umar bin Khatab. Suatu hari, beliau melewati sebuah masjid di pojok kota. Di dalamnya terlihat sekelompok anak muda sedang asyik beribadah. Bahkan, di antaranya ada yang sangat khusyuk berdoa. Lalu Khalifah Umar pun masuk ke masjid dengan bergegas.

“Siapakah kalian,” tanya Umar. Salah satu diantaranya kemudian menjawab, ”Kami adalah sekelompok anak muda yang berserah diri (bertawakal) kepada Allah. Sepanjang hari kami habiskan waktu untuk berdzikir, berdoa dan melakukan sholat sunnah.”

Baca Juga : Arti dan Makna Tawakal

Mendengar jawaban tersebut, Khalifah Umar berkata dengan lantang, ”Hai anak muda, keluarlah dari masjid dan bekerjalah! Jangan kalian menjadi pembohong dan pendusta. Ketahuilah, Allah tidak akan menurunkan dari langit hujan emas.”

Mendengar perkataan keras Umar, para pemuda tersebut menjadi terkejut keheranan. Bukan mendapat pujian. Tapi malah bentakan. Meski sedikit kecut dan takut, salah satu dari mereka memberanikan diri mengungkapkan alasan.

“Wahai Amirul Mukminin, bukankah Allah memberi kecukupan kepada orang yang berserah diri (tawakal) dan Dia pulalah yang berjanji untuk memberikan jaminan rizki kepada makhluk-Nya?”

Mendengar itu, Umar menegaskan,  “Bukan seperti kalianlah orang yang berserah diri kepada Allah (tawakal). Orang yang berserah diri kepada Allah (tawakal) adalah orang yang rajin bekerja tanpa meninggalkan doa kepada-Nya.”

Kemudian Umar melanjutkan, ”Hai umat manusia, carilah rizki di muka bumi, jangan kalian menjadi beban orang lain. Bekerjalah secara baik dan benar karena bekerja dengan seperti itu banyak dibutuhkan. Bila di antara kalian ada yang pandai berdagang, maka jadilah pedagang yang handal.”

Umar menambahkan, “Janganlah ada di antara kalian orang yang duduk bermalas-malasan sambil berdoa, ”Ya Allah, berikanlah aku rizki yang halal dan banyak, lagi membawa berkah. ”Ingatlah, Allah tidak akan menurunkan dari langit  hujan emas. Allah memberikan rizki kepada umat manusia dengan disertai usaha, tidak datang begitu saja. Sesungguhnya, sesuai usahanyalah, rezeki yang didapat dan diterima.”

Akhirnya Umar memungkasi peringatan dan nasehatnya dengan mengutip jawaban Rasulullah, ketika ditanya oleh seorang sahabat. “Ya Rasulullah amal manakah yang terbaik ?” Jawab beliau,  ”Bekerjalah dengan tangannya sendiri.”***

Komentar