Teras Malioboro News — Film “Tuhan Ijinkan Aku Berdosa” merupakan sebuah karya yang berani mengangkat isu-isu sensitif dan kontroversial yang berkaitan dengan agama dan kehidupan sosial. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, film ini diadaptasi dari novel karya Muhidin M Dahlan .
Aghniny Haque yang menjadi bintang dalam film ini memerankan sosok Kiran, seorang mahasiswi yang taat beragama namun terjebak dalam dilema moral dan sosial yang kompleks. Oleh karena itu, melalui film ini Hanung bermaksud melakukan kritik tajam lewat sejumlah adegan dan dialog .
Hanung mencoba menyuguhkan persoalan kemunafikan dan eksploitasi agama demi kepentingan pribadi yang marak terjadi di masyarakat. Untuk itu, Film ini menyajikan alur cerita secara non-linear , guna memancing rasa penasaran dan empati terhadap karakter utama.
Baca Juga : Bukannya Aku Tidak Mau Nikah, Romantika Klise Yang Terasa Emosional
Namun, alih-alih mendapat sanjungan , “Tuhan Ijinkan Aku Berdosa”, justru banjir kritikan. Meski dinilai memiliki kekuatan dalam mengangkat isu sosial secara berani, tetapi banyak adegan yang dinilai ditampilkan secara berlebihan.
Melalui kanal youtube “ Sumatran Big Foot “ , Aby Kusdinar bahkan menyebut Film ‘ Tuhan Ijinkan Aku Berdosa “ sebagai film yang terlambat hadir 15 tahun. Disamping itu, Aby juga memberi nilai rendah untuk film ini.
Namun, jika dibandingkan dengan film Hanung yang lain seperti “ Perempuan Berkalung Surban “, meski keduanya sama-sama merupakan adaptasi Novel, film Tuhan Ijinkan aku Berdosa memang terasa sangat berbeda. Oleh karena itu, bagi yang berharap Film ini bisa sekeras Perempuan Berkalung Surban “, mending turunkan ekspetasi sebelum menonton film ini.
Secara pribadi, ketika menyaksikan trailer dari film ini tidak terlalu berharap banyak bahwa “ Tuhan Ijinkan Aku Berdosa “ . Dan hal itu terbukti ketika menyimak film dengan durasi hampir 2 jam ini justru berakhir dengan anti klimak.
Baca Juga : 13 Bom Di Jakarta, Film Aksi Laga Terseru Tahun Ini.
Namun, pada sisi yang lain, melalui film Tuhan Ijinkan Aku Berdosa ini , kita perlu angkat topi untuk Hanung yang berani menghadirkan film bertema sosial ditengah maraknya film ‘ hantu-hantuan “. Setidaknya, Hanung mempertaruhkan dua hal yaitu respon masyarakat dan jumlah penonton.
Soal respon publik, sampai pemutaran hari ke-5 nyaris aman-aman saja, sedangkan i untuk jumlah penonton , sampai hari ke-21, film ini sudah ditonton lebih dari 630 ribu orang dan diperkirakan masih akan terus bertambah. (*/Sulist Ds )
Komentar