Rahasia Keistimewaan Berbagi Dalam Hidup Kita

Oleh : Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase1370 Dilihat

Teras Malioboro News – Apakah gerangan manfaat untuk diri kita, dibalik rahasia agung yang tersembunyi  dalam amalan berbagi. Sehingga berbagi, begitu istimewa dan utama dalam Al-Qur’an yang suci. Seakan-akan Al-Qur’an tak henti-hentinya mengisyaratkan, mengulang, dan menegaskan betapa mulianya perbuatan ini. Tidak kurang dari dua ratus kata —yang tersebar di berbagai surah dan ayat— terhubung dengan makna berbagi : infaq, shadaqah, ’athaa’, ith’am, hingga zakat.

Setiap lafaz itu bukan sekadar kata, tetapi pancaran dari samudra kasih sayang Allah yang mengalir lewat tangan hamba-Nya kepada sesama. Dan balasan dari Allah bukanlah balasan biasa, melainkan limpahan karunia, keberkahan, bahkan kemuliaan abadi yang menanti di sisi-Nya.

Perhatikan bagaimana Al-Qur’an meletakkan berbagi di urutan pertama dari ciri-ciri orang bertakwa. Seolah-olah Allah ingin berbisik kepada kita : inilah langkah awal menuju derajat tertinggi di sisi-Nya.

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, “(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. 3 : 133 – 134)

Berbagi, bukan hanya jalan menuju takwa, tapi juga penyesalan terdalam orang-orang yang telah menyentuh batas akhir kehidupannya. Bayangkan, jika orang mati diberi kesempatan untuk hidup kembali, satu hal pertama yang ingin ia lakukan bukanlah menunaikan haji, bukan pula melaksanakan shalat sunnah yang panjang tidak bertepi, tapi berbagi. Ya, berbagi.

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. 63 : 10)

Sebaliknya, orang yang kikir, enggan berbagi, menolak mendorong kebaikan sosial, diabadikan dalam Al Quran dengan kecaman yang tajam, menyakitkan, dan mengguncang jiwa. Pendusta agama dan orang yang celaka meskipun sholat.

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. Orang yang idak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya. Orang yang berbuat riya’ dan enggan memberikan bantuan.” (QS. 107 : 1-7)

Allah tidak hanya menjanjikan balasan seadanya, tetapi balasan yang berlipat, bahkan sampai tujuh ratus kali. Ibarat satu benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai terdapat seratus biji. Dan siapa yang berbagi akan terus menuai pahala meski jasad telah berkalang tanah.

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS. 2 : 261)

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim)

Berbagi pun menjadi jalan menuju cinta sejati kepada Allah. Sebab cinta sejati adalah rela melepaskan yang paling kita cintai, demi yang lebih tinggi.

“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha mengetahui.” (QS. 3 : 92)

Sampai di sini, marilah kita hening sejenak. Mengendapkan makna. Merenungkan rahasia. Apa manfaat sebenarnya untuk hidup kita, dari rahasia  agung dan kemuliaan dalam amalan berbagi? Adakah yang hendak menjawab atau sekedar menebak-nebak?  Monggo…***