Al-Quran Bersemayam di Dalam Hati

Oleh : Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase1665 Dilihat

Teras Malioboro News – Pada bagian pertama — Membaca Al-Quran dengan Hati — telah dihidangkan pesan Allah agar kita tidak tergesa-gesa sewaktu membaca Al-Quran (QS.75 : 16-18). Tujuannya, supaya di dalam hati, ia dapat berdiam dan bersemayam (QS. 2 : 97). Artinya, Al-Quran hanya bisa mengalir ke dalam dada dan menetap di hati kita, bila dibaca dengan perlahan-lahan. Diiringi usaha menghadirkan rasa, pemahaman, dan perenungan. Tentu saja, sejauh yang mampu kita jahit dan anyam.

Namun, jantung utama — Al-Quran dapat terkumpul di dada dan tertanam kuat di hati kita — bergantung pada keadaan dan kondisi hati sebagai wadah. Adakah hati kita, hati yang sakit atau sehat? Hati yang celaka atau selamat? Hati yang bersih, suci, dan jernih, atau hati yang kotor, penuh debu, dan keruh?

Hati yang selamat, sehat, bersih, dan jernih adalah hati yang terhindar dari lalai dan dosa. Akibat syahwat liar dan nafsu yang merusak. Hati yang terbebas dari penyakit : sombong, iri, dengki, tamak, riya, dan terlalu cinta dunia. Dalam waktu yang bersamaan, ia adalah hati yang dipenuhi iman, yang menjadi mata air yang mengairi dan menghidupi sifat-sifat terpuji dan mulia. Sekaligus, ia menjadi tanah yang subur bagi pertumbuhan dan perkembangan sifat-sifat dan akhlak yang bernilai serta berharga.

Adapun hati yang sakit, keruh, dan celaka adalah hati yang disesaki lalai dan dosa. Dipenuhi sifat-sifat tercela. Ia tanah tandus, tempat benih keimanan tak akan tumbuh. Ia tanah mati yang kering kerontang, tempat sifat-sifat terpuji tak akan berkembang.

Al Quran adalah Kalam Ilahi yang mulia lagi suci. Tidak mungkin berdiam di hati yang kotor dan lalai. Al-Quran hanya bersemayam di hati yang bersih dan jernih.

“Sesungguhnya ini adalah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz). Tidak ada yang menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.” (QS. Al Waqi’ah (56) : 77 – 79)

Bila Al-Quran telah menetap di hati, akan tampak pada cara pandang, sikap, bicara, dan bertindak. Semua diilhami, dimotivasi, dan dibimbing oleh Al Quran. Sehingga, kita menjadi pribadi yang berselimut cahaya kebaikan. Al-Quran hidup di dalam jiwa dan setiap denyut serta detak nadi kehidupan kita.

Kedua, bila Al-Quran telah berada di hati, hati kita menjadi lembut, halus, dan sangat sensitif terhadap gelombang spiritual. Cukup asma Allah disebut, hati kita telah bergetar. Cukup ayat-ayat Al-Quran dibacakan, iman dan taqwa kita akan bertambah.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuatlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhan, mereka bertawakal.” (QS. Al Anfal (8) : 2)

Sampai di sini, mari kita periksa bersama. Sudah seberapa dalam, Al-Quran berendam dan menyelam di hati kita. Ayo kita ukur pola pikir, sikap, dan perbuatan kita, apakah telah seiring dengan nilai-nilai Al-Quran. Rasakan pula, seberapa kuat getaran di hati, saat Asma Allah disebutkan. Seberapa bertambah dekat dengan Allah, sewaktu ayat-ayat suci dibacakan.

Akhirnya, di ujung perjalanan tulisan ini, sebuah pertanyaan besar meronta, menuntut jawaban : “Dari mana kita mulai dan apa yang harus kita lakukan.”***