TerasMalioboroNews.com—Kentongan. Sarana komunikasi warga zaman dulu kala, yang kini makin terlupakan. Tapi siapa sangka, di tangan telaten sejumlah warga binaan Lapas Kelas IIB Cebongan Sleman, kentongan seakan terlahir kembali. Unik, menarik dan sudah pasti akan memberikan nilai tersendiri bagi para penyuka barang yang mulai langka, tapi memiliki rasa seni.
Melihat deretan balok kayu warna warni yang tergantung di ruang workshop Lapas Cebongan ini, sekilas tak akan menyangka kalau itu adalah kentongan. Pandangan akan lebih terpaku pada tokoh perwayangan yang terlukis indah di permukaan kayu. Baru, ketika tangan meraba ke sekeliling, akan ditemui lubang memanjang dari bawah ke atas, yang menjadi ciri khas sebuah kentongan.
“Iya, rata-rata tamu yang melihatnya bahkan menjadi enggan untuk mencoba memukul kentongan ini. Sayang kalau merusak warna cat katanya. Padahal, kami sudah menyiapkan bagian tertentu dari kentongan ini untuk dipukul, tanpa khawatir akan merusak permukaan kentongan yang kami bikin,” kata Dwi Handoko, warga binaan Lapas Cebongan, saat TerasMalioboroNews.com berkesempatan melihat-lihat area workshop ini, Senin (23/1/2023).
Handoko tidak sendirian membuat kentongan bermotif wayang ini. Ia bekerjasama dengan sejumlah warga binaan lainnya. Ada yang tugasnya mengamplas kayu, dan ada juga yang bertugas untuk membuat pola. Kemudian, warga binaan lain meneruskannya memahat atau mengukir permukaan kayu, mengikuti pola tokoh pewayangan yang sudah ditentukan. Setelah jadi, maka Dwi Handoko akan melakukan pengecatan, sehingga motif wayang di permukaan kentongan lebih terlihat dan menarik.
Berbagai variasi ukuran dan model atau motif wayang sudah tercipta dari tangan terampil dan kekompakan Dwi Handoko dan teman-temannya. Ukuran paling besar, berukuran panjang 90 cm hingga 1 meter. Kentongan ini memiliki diameter sekitar 70 cm. Kemudian ada juga yang berukuran paling kecil sepanjang 50 cm dan diameter 25 cm. Yang besar dijual dengan harga Rp 450 ribu, sedangkan yang kecil Rp 200 ribu.
“Kami juga membuat kentongan miniatur mas. Lebih kecil lagi. Untuk warna, motif wayang dan ukuran bisa custom. Yang mau pesan tinggal request saja seperti apa yang diinginkan, maka akan kita buatkan,” lanjut Handoko, pria setengah baya yang terlihat masih gagah dan sangat sopan ini.
Rubiyanta selaku Kasubsi Bimker Lapas Kelas IIB Cebongan, yang saban hari menemani warganya beraktivitas mengungkapkan, kentongan buatan warganya adalah barang istimewa. Bukan saja karena bahannya pilihan, yakni kayu nangka yang sudah cukup tua, tapi juga ukiran motif wayang yang menghiasi. Kentongan bermotif wayang, saat ini tiada duanya di dunia. Bahkan sekarang sudah memiliki hak paten.
Yang menarik, motif wayang yang terukir di kentongan kayu ini, apik terpahat di permukaan kayu yang relatif sempit dan melingkar. Namun, gambar wayangnya masih terlihat cukup jelas saat kentongan digantungkan.
“Jadi kentongan ini selain fungsional, juga bisa menjadi hiasan pemanis rumah. Menjadi cinderamata bernilai dari Jogja yang kental dengan seni dan budayanya. Lebih bernilai lagi, karena ini adalah karya warga binaan kami,” kata Rubi.
Kasie Binadik dan Giatja Lapas Kelas IIB Cebongan, Ady Saputra menambahkan, aktivitas membuat kentongan kayu bermotif wayang ini sudah cukup lama dilakukan. Keterampilan ini, menjadi salah satu program Lapas Kelas 2 Cebongan, guna memberikan bekal kepada warga binaan selama mereka menjalani masa hukuman.
Diharapkan, dengan bekal keterampilan yang dimiliki, saat menghirup udara bebas nanti mereka bisa langsung berkarya di luar lapas dan menjalani kehidupan bersama masyarakat dengan baik.
“Ya meski dengan berbagai keterbatasan, warga kami memiliki aktivitas positif. Kami juga bersyukur, karya mereka dihargai dengan keluarnya hak paten. Bahkan kentongan bermotif wayang ini sudah ekspor ke sejumlah negara. Selain Australia, juga ke Myanmar, Thailand, Jepang dan bahkan Belanda. Kentongan miniatur, juga menjadi cinderamata khas Lapas Kelas IIB Cebongan, yang kami berikan ketika ada kunjungan atau tamu yang datang ke sini,” kata Ady. (suwarjono)
Komentar