Indahnya Kematian

Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase212 Dilihat

Teras Malioboro News – Rangkaian tulisan tentang Indahnya Kematian. Kami didedikasikan untuk Alm. Bapak Siswanto : Orang tua dari sahabat kami yang baru saja berpulang. Meninggalkan kesan yang mendalam dan pelajaran. Bahkan, potongannya, telah saya spill pada pengajian di Masjid Al Mujahidin Purwomartani tadi malam.

Mati itu wajar. Sewajar daun yang gugur terlepas dari tangkainya. Sewajar petang yang pulang, karena malam datang menyapa. Kematian itu pasti bertamu. Mau atau tidak mau. Hanya soal kapan, di mana dan terjadi karena apa, yang kita tidak tahu.

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS.3 : 185)

“Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.62 : 8)

Baca Juga : Kematian dan Pelajaran yang Ditinggalkan

Bukan hanya itu, kematian sewajarnya kita nantikan dengan hati yang biru. Sebab ia sarana datangnya musim panen yang kita tunggu-tunggu. Menikmati hasil dari amal sholeh dan ketaatan yang kita tanam, siram, dan rawat setiap waktu.

Oleh karenanya, orang sholeh yang baru wafat, meminta agar jenazahnya segera kita kuburkan. Supaya ia bisa segera menikmati buah dari kesholehan dan ketaatan yang ia genggam dan jihadkan. Sesuai teaser — potongan film atau tayangan — kenikmatan yang sedikit Allah perlihatkan.

“Segeralah kalian, segeralah kalian membawa aku” (HR. Bukhari). “Segeralah mengurus jenazah. Karena jika jenazah itu adalah orang shalih, berarti kalian telah mempercepat kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam beberapa majlis pengajian, biasanya ada jamaah bertanya : “Tapi ustadz, bukankah sebelum cerita indah itu, kita mesti merasakan terlebih dahulu, pedih dan sakitnya ketika nyawa dicabut? Bukankah Al Quran dan hadist mengabarkan tentang hal tersebut?”

Biasanya dengan senyum saya menjawab : “Benar, Allah dan Rasul mengingatkan betapa pedih dan sakitnya ketika nyawa dicabut dari badan. Namun tenang. Insya Allah, tidak berlaku bagi orang yang benar-benar beriman. Seijin Allah, termasuk jamaah pengajian yang hadir di sini, yang selalu dalam kesholehan dan ketaatan.”

“Bagi orang yang beriman, malaikat akan mencabut nyawa kita dengan penuh kelembutan dan kehalusan (QS. 79 : 2). Bahkan, karena halus dan lembutnya, tidak terasa tahu-tahu sudah berpindah dari badan. Rasul mengibaratkan — ruhnya keluar — bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit (HR. Ahmad).”***