Cita-cita Polisi di Kelas Reyot: Kisah Semangat Belajar Anak-anak di Pedalaman Kalimantan

Headline1, Komunitas905 Dilihat

TerasMalioboroNews–Di sebuah desa terpencil bernama Rumbih di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80 pada 17 Agustus 2025 lalu terasa berbeda. Di tengah riuh tawa 52 murid SDN 24 Rumbih yang mengikuti lomba 17-an, ada suara lain yang terdengar: derit lantai papan yang bergoyang. Bangunan sekolah ini, saksi bisu ribuan mimpi anak-anak desa, tak pernah tersentuh renovasi sejak tahun 1998.

Namun, di tengah keterbatasan fasilitas, ada satu hal yang tak pernah reyot: semangat. Di ruang-ruang kelas yang mungkin tak lagi nyaman, para siswa tetap datang, menulis, dan bermimpi.

Tujuh orang guru dengan dedikasi tinggi terus menjaga api pendidikan tetap menyala, berharap suatu hari nanti, lantai kelas mereka tak lagi ikut bergetar saat sorak-sorai kemenangan lomba diumumkan.

Mau Duduk di Depan

Hari itu, sebuah harapan baru datang dalam bentuk yang tak terduga. Kolaborasi antara Toko Kopi Tuku (TUKU) dan Bumiterra tidak hanya menghadirkan keceriaan lomba, tetapi juga membawa hadiah paling berharga: puluhan kursi dan meja belajar baru yang terbuat dari plastik daur ulang.

Bagi anak-anak Rumbih, hadiah ini lebih dari sekadar perabotan. Ia adalah sebuah pengakuan, sebuah suntikan semangat, dan sebuah alasan untuk semakin giat belajar.

Siswa SDN 24 Rumbih saat lomba 17-an. (istimewa)

Felix Sebastian, seorang siswa kelas 3 yang bercita-cita menjadi polisi, dengan polos mengungkapkan makna hadiah itu.

“Kalau nanti ada kursi baru, aku mau duduk di depan,” katanya penuh antusias. Kalimat sederhana yang merangkum sebuah kerinduan besar akan fasilitas belajar yang layak.

Kepala Sekolah SDN 24 Rumbih, Rafael Rino, S.Pd, tak mampu menyembunyikan rasa harunya.

“Kami sangat senang sekali. Jarang ada tim dari luar yang mau datang ke sekolah kami, apalagi membawa bantuan seperti ini. Harapan kami, semoga kerja sama seperti ini bisa terus berlanjut,” ujarnya.

Gotong Royong Melintasi Pulau

Inisiatif ini adalah wujud nyata dari semangat gotong royong yang melintasi pulau. TUKU, sebuah jenama kopi ternama dari Jakarta, bergandengan tangan dengan Bumiterra, sebuah organisasi yang fokus pada isu lingkungan dan komunitas. Bantuan ini merupakan bagian dari program Sekolah Bumiterra, yang bertujuan memperbaiki kondisi sekolah sekaligus menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini.

“Kami percaya semangat belajar hanya bisa tumbuh jika fasilitasnya mendukung. Bantuan dari TUKU adalah awal yang menguatkan harapan kami,” kata Kita Pritasari, Operations Manager Bumiterra.

Kevin Ivandra dari MAKA, perusahaan induk TUKU, menegaskan bahwa kolaborasi ini memiliki makna yang lebih dalam.

“Kolaborasi dengan Bumiterra bukan hanya tentang mengembalikan fungsi hutan, tapi tentang menumbuhkan harapan. Kami percaya pelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan komunitas lokal harus berjalan beriringan,” jelasnya.

Di hari kemerdekaan yang ke-80, perayaan paling otentik mungkin tidak terjadi di panggung-panggung megah ibu kota, melainkan di ruang kelas sederhana di ujung desa seperti Rumbih. Di sanalah, masa depan Indonesia sedang diperjuangkan dalam diam—oleh cita-cita seorang anak, dedikasi seorang guru, dan kepedulian yang datang dari hati. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *