Dirty Vote, Ulasan Kritis Atau Sekadar Propaganda ?

Teras Malioboro N ews —  Jelang pelaksanaan  Pemilu, sebuah film dokumenter “ Dirty  Vote “ (DV) diluncurkan  melalui kanal Youtube. Film yang Film  yang disutradarai oleh Dandhy Laksono dan dibintangi oleh tiga ahli hukum tata negara, yaitu Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari  berupaya mengulas mengenai adanya dugaan kecurangan dan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo guna memenangkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan anak sulung Jokowi.

Karena diluncurkan berdekatan dengan masa pemungutan suara, maka film ini kemudian menjadi pembicaraan publik.  Sebagian menilai  DV merupakan film yang kritis tetapi ada juga yang menilai film ini sebagai sebuah tayangan propaganda anti paslon Prabowo Subianto. Apalagi jika menyimak latar belakang bintangnya yang sebagian   pernah menjadi tim Mahfud MD yang sekarang menjadi Cawapres 03 berpasangan dengan Ganjar Pranowo.

Maka , kesan film ini sebagai film yang berpihak, menjadi tak terhindarkan.  Namun, pada sisi lain, film ini cukup edukatif karena mengajak publik untuk lebih cermat pada saat menggunakan hak  pilih di bilik suara.

Baca Juga : Jika Terpilih, Anies Akan Bangun Pusat Perfilman di Jogja

Apapun alasan dibaliknya, Film ini berupaya menunjukkan bahwa  selama pelaksanaan Pemilu telah terjadi banyak pelanggaran dan manipulasi yang terjadi dalam Pemilu 2024, yang berpotensi merugikan hak-hak konstitusional rakyat dan mengancam kedaulatan negara.

Film Dirty Vote , dikemas layaknya presentasi kuliah politik dan hukum yang dilengkapi dengan potongan-potongan klip  tayangan berita televisi, video medsos maupun cuplikan berita online. Bagi  orang awam yang tak tahan menyaksikan tayangan panjang, maka DV terasa sangat menjemukan.

Meskipun, di beberapa alur sudah berupaya ditunjang dengan musik agar penonton tidak terlalu njlimet ketika menikmati tayangan ini.

Ada beberapa  kekurangan yang dapat dicatat, usai menyaksikan film ini. Pertama,  film ini tidak memberikan ruang atau kesempatan bagi pihak-pihak yang berseberangan atau berbeda pendapat untuk memberikan tanggapan atau klarifikasi.

Disamping itu, film ini juga tidak menampilkan sumber-sumber yang independen atau netral, yang dapat memberikan pandangan yang lebih seimbang dan komprehensif.

Baca Juga : Bukannya Aku Tidak Mau Nikah, Romantika Klise Yang Terasa Emosional

Kedua, film ini juga cenderung menggeneralisasi dan menyederhanakan beberapa isu yang kompleks dan multidimensi, seperti isu bansos, Kepala Desa, dan Mahkamah Konstitusi. Film ini  juga tidak menjelaskan secara detail dan mendalam tentang konteks, proses, dan dampak dari isu-isu tersebut, melainkan hanya menampilkan data dan fakta yang sesuai dengan narasi yang ingin dibangun oleh film ini.

Secara keseluruhan, film Dirty Vote adalah film yang ditampilkan sebagai upaya memberikan wawasan dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga dan mengawasi demokrasi di Indonesia.  Oleh karena itu, film ini juga dapat menjadi sarana yang baik sebagai bahan diskusi dan dialog yang konstruktif dan kritis, yang dapat meningkatkan partisipasi dan kesadaran politik masyarakat.  (*/Sulist Ds )

Komentar