Teras Malioboro News–Kadin DIY menggandeng RISE India untuk membahas persoalan kesenjangan antara dunia pendidikan dan industri. Kajian mendalam dilakukan, dengan mengundang perwakilan universitas dari India, Indonesia, dan juga pemerhati pendidikan.
Di sela-sela acara Konferensi Meja Bundar di Hotel Hyatt Yogyakarta, Sabtu (12/3/2023), Komite Tetap Pembinaan dan Pengembangan Kesekretariatan Kadin DIY, Tim Apriyanto mengatakan, konferensi ini diselenggarakan untuk mendorong upaya percepatan mengatasi persoalan gap antara dunia pendidikan dengan industri.
Kadin merasa prihatin, dunia industri sudah berkembang pesat dengan berbagai terobosan. Namun, sebaliknya dunia pendidikan di Indionesia masih berkutat dengan kurikulum yang berusia 30-40 tahun yang lalu.
“Kami menggandeng Rural Institute for Skill Empowerment (RISE) India, menggelar Konferensi Meja Bundar, dengan menghadirkan 35 delegasi dari India, 20 delegasi Indonesia dan 60 perwakilan dan pengamat dari perguruan tinggi dan industri,” katanya.
baca juga : Merapi Masih Erupsi , Kodim Sleman Siagakan Pasukan
Tim Apriyanto mengatakan, pihaknya mengundang perwakilan perguruan tinggi di India bukan tanpa alasan. Kampus-kampus teknologi di India dikenal luas menghasilkan lulusan-lulusan yang mumpuni di industri global. Jebolan India banyak yang menjadi petinggi di Google, Microsoft hingga Youtube.
“Kami ingin, keberhasilan mereka mengembangkan ekosistem pendidikan bisa direplikasi di Indonesia. Kita harus belajar, bagaimana mengembangkan pendidikan yang seiring dengan industri,” kata Apriyanto, di sela acara.
Kadin DIY bersinergi dengan RISE India untuk mengurangi gap antara industri dan perguruan tinggi. Diharapkan melalui sinergi ini, industri dan perguruan tinggi di kedua negara dapat semakin berkembang.
Vice President RISE India, Devendra Nagel menambahkan, RISE India sebagai konsultan stratgeis bermitra dalam pendidikan dan industri untuk mendorong dan mewujudkan sistem pendidikan yang mengiringi industrii. Terutama dalam bidang transformasi digital.
Dunia pendidikan, katanya, harus mampu menegmbangkan diri sebagai entitas yang mendorong model pemikiran yang kreatif dan tidak terjebak dalam pola pemikiran yang terkotak. Dunia pendidikan harus bisa membuat terobosan-terobosan baru dan mendorong kebijakan strategis serta mindset dalam kurikulum yang lebih terbuka dalam menghadapi tantangan industri.
“Perubahan mindset ini sangat penting untuk mengembangkan budaya kreatif dan inovatif. Termasuk dalam dunia pendidikan,” katanya.
Devendra mengakui, upaya mendorong dan mengintegrasikan dunia pendidikan dan industri bukan hal yang mudah. Sudah menjadi hal yang lumrah, dunia industri mampu bergerak lebih cepat dalam menghadapi tantangan zaman. Kalangan industri bahkan sudah mulai menerapkan atau mengadopsi kemajuan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI). Sebaliknya, dunia pendidikan masih mengusung kurikulum yang disiapkan 30-40 tahun silam.
“Sudah banyak perubahan. Karena itu, perlu ada reformasi di dunia pendidikan, dengan mereformasi kurikulum. Ini tidak bisa lepas dari kebijakan strategis pemerintah,” katanya.
baca juga: Pengenalan Sejarah Melalui Wisata Sadar Arsip
Devendra Nagle menambahkan harapannya konferensi meja bundar ini dapat memperkuat relasi antara Indonesia dan India. Konferensi meja bundar ini memiliki tujuan untuk mencari solusi bersama, supaya tantangan-tantangan bagi universitas di kedua negara ini bisa dijawab. Terutama tantangannya adalah bagaimana adanya sinergi harmoni antara industri dengan perguruan tinggi.
Devendra juga mengharapkan kedua belah pihak juga dapat saling membantu. Dia harapkan antara Indonesia dan India dapat menjalin sinergi dalam dunia pendidikan. “Kami berharap juga perguruan tinggi di Indonesia bisa bermitra dengan perguruan tinggi di India,” ujarnya.
Tim Apriyanto menambahkan, Konferensi Meja Bundar ini mengundang juga sejumlah perguruan tinggi terbaik dari Indonesia, termasuk dari jakarta, Jogja, Bandung dan Surabaya. Ia berharap, konferensi ini mampu menjadi embrio dari perubahan-perubahan mendasar dalam upaya membangun dunia pendidikan di Indonesia, tidak terkecuali di pendidikan tinggi.
Apriyanto menegaskan, harmonisasiantara dunia pendidikan dan industri, menjadi hal mutlak untuk kemajuan bangsa. Bukan hanya dalam sistem pendidikan yang nantinya menghasilkan output berupa sumber daya manusia, tapi juga dalam bidang riset. Riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi, harus mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dunia industri.
“Sudah tentu, hasil dari konferensi ini nanti, akan menjadi rekomendasi yang kami sampaikan kepada pemerintah melalui kementerian terkait,” katanya. (suwarjono)
Komentar