TerasMalioboroNews–Apa rahasia di balik aroma dan cita rasa khas cerutu legendaris Taru Martani yang telah mendunia sejak 1918? Jawabannya tidak hanya terletak di ruang produksi, tetapi berawal dari hamparan lahan tembakau yang subur di Dlingo, Bantul, dan Kalasan, Sleman.
Pada musim panen tahun ini, PT Taru Martani kembali turun langsung bersama para petani mitranya. Kegiatan panen di lahan seluas total hampir 6 hektare ini bukan sekadar proses bisnis biasa. Ini adalah sebuah ritual penting untuk menjaga “DNA” rasa dan kualitas yang menjadi ciri khas produsen cerutu pertama di Asia Tenggara ini.
Sebagai produsen cerutu dan tembakau iris sauce pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara, Taru Martani menyadari bahwa keberhasilan usaha tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan petani sebagai mitra strategis.
Kualitas dari Lahan Petani
Alih-alih sekadar membeli bahan baku dari pasar, Taru Martani membangun kemitraan strategis langsung dengan para petani lokal. Melalui kolaborasi ini, perusahaan tidak hanya menjamin akses pasar bagi para petani, tetapi juga terlibat aktif dalam pendampingan budidaya untuk memastikan setiap lembar daun tembakau yang dipanen memenuhi standar kualitas tertinggi.
Direktur Utama Taru Martani, Widayat Joko Priyanto, menegaskan bahwa panen bersama ini adalah wujud nyata dari filosofi perusahaan.
“Panen bersama petani ini menjadi wujud nyata peran Taru Martani dalam menjaga keseimbangan antara tujuan bisnis dan misi sosial. Kami tidak hanya memastikan ketersediaan bahan baku terbaik, tetapi juga memperkuat kesejahteraan petani dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” ujarnya.
Misi Ganda BUMD
Sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Taru Martani mengemban dua amanat utama: mencetak keuntungan dan memberikan manfaat bagi perekonomian daerah. Kemitraan dengan petani tembakau ini menjadi contoh konkret bagaimana kedua misi tersebut berjalan beriringan.
Dengan menyerap hasil panen lokal, Taru Martani secara langsung menggerakkan roda ekonomi di tingkat desa, menyerap tenaga kerja informal, dan membangun rantai pasok yang berkelanjutan. Langkah ini sekaligus menjaga otentisitas produk, karena kualitas tembakau khas Yogyakarta menjadi identitas yang tidak bisa ditiru.
Panen tembakau di Bantul dan Sleman ini membuktikan bahwa Taru Martani bukan sekadar pabrik, melainkan penjaga warisan. Setiap daun tembakau yang dipetik dengan teliti oleh para petani adalah awal dari sebuah cerita.
“Kegiatan ini memastikan bahwa setiap gulungan cerutu yang dihasilkan Taru Martani tidak hanya membawa cita rasa premium, tetapi juga membawa serta kisah tanah Yogyakarta, kerja keras petaninya, dan komitmen kami dalam menyeimbangkan laba dengan kesejahteraan bersama,” pungkas Widayat. (***)