Bahagia Itu Sederhana

Payung Peneduh

Headline1, Oase207 Dilihat

Teras Malioboro News – Bahagia itu sederhana. Kalau terasa rumit, mungkin ada dosa yang diam-diam melilit. Bahagia itu mudah dan apa adanya. Bila terasa susah, mungkin ada khilaf dan salah, yang diam-diam menyampah.

Pada keluarga dan orang-orang terdekat. Pada saudara dan kerabat. Pada sahabat dan sejawat.

Sewajarnya, bahagia itu mudah dan sederhana. Nafsu dan keinginan kita yang membuat ia menjadi barang mewah dan langka. Normalnya, bahagia itu begitu dekat. Ego dan pikiran kita yang membuat ia jadi jauh dan bersekat kuat. Sulit merapat dan mendekap erat.

Hidup itu, sudah Allah tentukan tujuan, rute, dan rambu-rambu yang mesti kita lalui dan ikuti. Itu pasti. Tidak ada keraguan sama sekali. Kita hanya diminta mengimani dan mengamini. Kita hanya perlu meyakini dan menjalani. Tidak ada yang Allah tutup-tutupi. Cukup kita membuka hati dan menyadari. Kemudian tinggal menapaki. Baik jalan menurun maupun jalan mendaki. Jalan mulus maupun jalan berduri.

Baca Juga : Mesranya Rasulullah pada Pasangan Hidup

Kita boleh punya keinginan dan harapan. Namun, terhadap pemenuhannya di masa depan, tawakal kita jadikan pegangan. Setelah sebelumnya, rencana kita susun matang dan ikhtiar terbaik kita lakukan. Tidak ada keresahan dan kekuatiran. Sebab hasil, kita serahkan sepenuhnya kepangkuan Allah yang Maha Rahman.

Dalam ikhtiar dan amal sholeh terbaik yang kita hamparkan, ikhlas menjadi landasan dan panduan. Hanya karena Allah kita tunaikan. Tidak beriak karena pujian. Tidak keruh karena hinaan. Hati tetap tenang, apapun yang terjadi di sepanjang jalan. Sebab, fokus kita hanya disibukkan pada Zat yang Menciptakan. Bukan pada makhluk yang diciptakan.

Segala nikmat yang Allah limpahkan, kita terima dengan rasa syukur yang dalam. Kita kembalikan kepada Allah dengan bertasbih dan memuji Nya, siang dan malam. Kita jadikan talang dan saluran mengalirkan pelayanan. Kita jadikan kran mengucurkan kebaikan. Baik kepada sesama maupun semesta alam.

Baca Juga : Rendahkan Hati, Tundukkan Ego

Sementara, segala kesulitan dan musibah yang datang silih berganti. Kita terima dengan kesabaran yang tidak bertepi. Momentum mengevaluasi diri. Mohon ampunan tiada henti. Titian agar kita lebih rendah hati. Merobohkan ego yang gagah berdiri menjulang tinggi. Sirat, hanya kepada Allah kita berpasrah dan berserah diri. Jembatan, mengundang Allah untuk lebih dekat lagi mengiringi dan membersamai.

Salam teduh,
Ustadz Sujarwo

Komentar