Hulu dan Hilirnya Tawakal

Oleh : Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase386 Dilihat

Teras Malioboro News – Bila masalah masih mengambang. Belum ada pertanda akan tenggelam. Apalagi menghilang. Sementara doa-doa telah kita langitkan. Sedangkan ikhtiar telah kita hamparkan, tidak kurang-kurang. Namun, hati kita tetap tenang. Tanpa diliputi kekuatiran. Sebab, sejak awal telah kita pancangkan bahwa buah dari doa dan upaya yang kita ikhtiarkan, kita pasrahkan dan wakilkan kepada Allah yang Maha Rahman. Itu pertanda tawakal telah kuat tertanam.

“Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.” (QS. 16 : 99)

“Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS. 3 : 159)

Apakah itu saya? Ternyata bukan. Saya merasa dan mengaku telah bertawakal. Menyerahkan hasil ikhtiar kepada Allah yang Maha Kuasa. Tapi hati masih diliputi resah dan gelisah. Selalu bertanya-tanya, kapankah ujian usai dan tuntas. Merasa doa dan ikhtiar bertepuk sebelah tangan, hanya mengetuk ruang hampa.

Tawakal itu hulunya ada di dalam keyakinan kita kepada Allah. Sementara hilirnya dapat kita rasakan di detak hati, di gejolak pikiran, dan pada sikap serta perbuatan. Bagian hilir ini, menjadi indikator dan ukuran tawakal yang kita genggam.

Baca Juga : Pesan Untuk Sahabat

Belum disebut bertawakal, kalau kita masih resah dan gelisah pada hasil yang akan bertamu datang. Belum disebut tawakal kalau masih membayang sandaran dan gantungan selain Allah yang Maha Rahman.

“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. 65 : 3)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *