Mewujudkan Keinginan Allah

Oleh : Ustadz Sujarwo

Oase222 Dilihat

Teras Malioboro News – Sebagaimana telah saya sampaikan terdahulu, ada 4 pendekatan untuk menjawab pertanyaan jamaah tentang : “Mengapa sudah bersabar, berdoa, dan berikhtiar tapi masalah belum kunjung tuntas?”

Pertama, dari sudut doa kita, yang sama sekali tidak tertolak (Sudah saya ulas di bagian pertama. Bisa dilihat di tautan pada baca juga, yang saya sisipkan di artikel ini). Kedua, dari sudut sabar, doa, dan ikhtiar sebagai kewajiban atau perintah Allah (yang sekarang kita bahas). Ketiga, dari sisi ilmu dan praktik sabar (akan kami ulas di bagian ketiga). Terakhir, sabar, doa, dan ikhtiar dari sudut evaluasi terhadap kualitas praktek yang kita hamparkan.

Dari sisi sabar, doa, dan ikhtiar adalah kewajiban dan perintah Allah, maka sabar, doa, dan ikhtiar kita gelar, hanya semata-mata sebagai bentuk ketundukan dan ketaatan kita kepada perintah Allah. Kita hamparkan sebagai wujud pengabdian dan ibadah kita kepada Allah. Kita lakukan dalam upaya mendekat kepada Allah dan menggapai ridho-Nya. Kita tunaikan dalam rangka mewujudkan keinginan Allah. Bukan keinginan kita.

Kita meyakini, bila kita taat kepada Allah, Allah akan beri jalan keluar dari masalah kita, bahkan Allah beri kita rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka (QS. 65 : 2 – 3). Tentu saja, soal waktu dan bentuknya, sesuai dengan ijin, ketetapan, dan keinginan Allah (QS. 10 : 109 dan QS. 52 : 48).

Sementara itu, apapun ijin, ketetapan, dan keinginan Allah yang mewujud dalam hidup kita, pasti pas. Pasti tepat. Pasti yang terbaik bagi kita. Hanya ketidak tahuan dan nafsu kitalah, yang menilai apa yang terjadi itu seolah-olah buruk bagi kita.

Baca Juga : Tidak Ada Doa Yang Tertolak

Sampai di sini, perlu kita tegaskan kembali bahwa niat awal, motivasi, dan tujuan sabar, doa, dan ikhtiar kita gelar serta hamparkan, bukan hendak memastikan tuntasnya masalah. Itu kewenangannya Allah. Bukan pula hendak mewujudkan keinginan kita. Apalagi berusaha seolah-olah memaksa Allah agar mesti menyelesaikan masalah sesuai dengan harapan kita. Baik dari sisi waktu maupun bentuknya. Itu sepenuhnya otoritas Allah.

Orang yang mampu melakukan sesuatu semata-mata hanya karena Allah. Melakukan sesuatu semata-mata hanya menjalankan perintah Allah. Melakukan semua semata-mata hanya untuk mewujudkan keinginan Allah. Orang-orang yang demikian disebut Mukhlisin : orang-orang yang ikhlas. Bila ikhlasnya telah teruji oleh beragam kejadian, disebut mukhlasin.

Orang-orang yang ikhlas menjalani hidupnya dengan bahagia. Hatinya tenang, lapang, plong, dan senang sewaktu menghadapi apapun yang terjadi. Sebab, orang yang ikhlas, terbebas dari godaan dan kejahatan syetan yang menyesatkan, yang memicu dan memacu kesedihan, kekuatiran, kegelisahan, dan ketakutan di dalam hati.

“Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang teruji keihklasannya di antara mereka.” (QS. 15 : 39 – 40)

Komentar