Makna Simbolik dan Dampak Sosial-Ekonomi Lapis Legit dalam Perayaan Imlek

Oleh : Ginka Az Zahro Wijoyo

Headline1, Pendidikan1125 Dilihat

Teras Malioboro News – Beberapa bulan lalu, sebagaimana dilansir oleh TANGERANGNEWS.COM, menjelang perayaan Imlek, kue lapis legit mendadak viral dan menjadi trending topic di media sosial. Dari warganet biasa hingga para food vlogger, semua ramai-ramai membicarakan keunikan bentuk dan lezatnya rasa kue berlapis ini. Konten-konten yang menampilkan lapis legit—baik dalam bentuk resep tradisional, proses pembuatan, hingga review dari para influencer—menyebar cepat di TikTok, Instagram, dan YouTube.

Dampaknya, permintaan terhadap lapis legit melonjak drastis. Tidak hanya dari konsumen dalam negeri tetapi juga dari mancanegara. Banyak orang tertarik menjadikannya sebagai hampers khas untuk perayaan Imlek. Beberapa pelaku usaha bahkan melaporkan peningkatan pesanan hingga 3–4 kali lipat dibanding hari biasa.

Fenomena ini menjadi berkah tersendiri bagi pelaku usaha rumahan dan UMKM. Permintaan yang tinggi mendorong peningkatan produksi, yang otomatis menciptakan lebih banyak peluang kerja dari hulu ke hilir—mulai dari petani penyedia bahan baku seperti telur, gula, dan mentega, hingga tenaga produksi, pengemasan, hingga kurir logistik.

Salah satu contoh nyata adalah gerai “Lapis Legit Special Suka Rasa” di Surabaya. Dalam sebuah video TikTok oleh akun @nv.wkdt, terlihat antrean pembeli yang membludak. Produksi harian mereka meningkat hingga tiga kali lipat, sehingga membuka peluang rekrutmen baru untuk memenuhi lonjakan permintaan. Ini menunjukkan bagaimana kekuatan media sosial mampu menggerakkan roda ekonomi dalam waktu singkat.

Media sosial kini bukan hanya ruang hiburan, tetapi juga sarana promosi dan pemasaran sangat ampuh. Viralnya lapis legit, membuktikan betapa strategisnya peran media sosial dalam mendongkrak popularitas produk lokal. Pelaku UMKM pun tak tinggal diam. Mereka berinovasi menghadirkan berbagai varian rasa seperti prunes, keju, cokelat, pandan, hingga cempedak. Bentuk dan kemasannya juga disesuaikan, dari ukuran loyang besar 20×20 hingga minibites yang praktis dan menduduki posisi best seller.

Menariknya, lapis legit mengikuti pula jejak tradisi adanya hantaran dalam perayaan Idul Fitri. Setelah viral, kue ini juga banyak dijadikan salah satu menu hantaran atau hampers. Dihadiahkan kepada keluarga, kerabat, dan relasi.

Akhirnya, meskipun lapis legit telah bertransformasi menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, yang memberi dampak positif dan luas bagi UMKM dan tenaga kerja, namun tradisi dan makna simbolik yang mengiringinya mesti dijaga, dirawat, dan terus dikembangkan.

Lapis legit dengan setiap lapisannya, tetaplah menjadi pembawa harapan untuk keberuntungan, kemakmuran, dan kebahagiaan yang tak terputus sepanjang tahun. Dalam setiap potongannya, terkandung doa dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Terselip doa tentang keberuntungan melimpah, dan rezeki yang terus bertambah. Di meja perayaan Imlek, lapis legit tidak hanya menjadi sajian lezat, tetapi juga pengingat akan nilai-nilai kehidupan yang patut dijaga.***

)*Ditulis oleh Ginka Az Zahro Wijoyo Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta semester 2, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Prodi Ilmu Al Quran dan Tafsir. Mata kuliah Agama-Agama Dunia, dengan dosen pengampu : Nur Edhi Prabha Susila Yahya, S.Th.I., M.Ag

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *