Teras Malioboro News – Dua tulisan Payung Peneduh terakhir, telah memaparkan tentang arti dan makna tawakal. Berikut buah tawakal agar kita tidak merasa galau, overthinking, dan cemas berat menanti hasil ikhtiar yang kita gelar. Sekarang ini dan esok nanti, saya ingin menyampaikan tulisan tentang mengubah mindset kita dari tawakal itu susah menjadi mudah.
Bagian pertama, yang hari ini, lebih pada aspek dasar kerangka berpikirnya. Bagian kedua, esok hari, contoh-contoh sederhana sebagai perumpamaan yang memudahkan kita untuk memahami bahwa tawakal itu memang benar-benar mudah. Bukan omon-omon semata.
Tawakal itu mudah. Dulu, kalau saya nyatakan demikian, banyak jamaah yang protes. “Mudah? Ah, Pak Ustadz ada-ada ajah!” Sekarang sudah berubah. Jamaah pasti menjawab, “Insya Allah, Aamiin!” Bahkan, ada yang dengan pede menjawab : “Ashiaap!”
Dalam sebuah hadist Qudsi, Allah menyatakan bahwa Allah sesuai persangkaan dan keyakinan hamba-Nya terhadap-Nya.” Artinya, keyakinan kita bisa mengundang turunnya ijin dan ketetapan Allah. Dalam ungkapan yang lebih sederhana dapat kita nyatakan : “Keyakinan kita, dapat mengundang kenyataan!”
Bila tawakal kita yakini dan anggap mudah, maka insya Allah, akan Allah mudahkan. Sebaliknya, bila kita yakini bahwa tawakal itu sulit, maka kita patut kuatir, tawakal benar-benar menjadi sulit untuk kita amalkan. Padahal, tidak ada yang sulit bagi Allah. Padahal, bila Allah ulurkan pertolongan, semua menjadi ringan dan mudah.
Atas dasar apa, kita meyakini tawakal itu mudah? Pertama, Allah menginginkan kemudahan bagi kita. Kita pun menginginkan kemudahan. Allah menginginkan kita bahagia. Tidak galau dan cemas memikirkan hasil ikhtiar. Kita pun menginginkan yang sama : hati lapang dan tenang menunggu buah dari apa yang kita tanam.
Sehingga, dalam hal ini, keinginan kita bertemu dengan keinginan Allah. Sewajarnya, urusan jadi mudah. Biasanya yang sedikit terasa sulit, seperti selilit, bila keinginan kita tidak berjumpa dengan keinginan Allah. Kita masih harus terlebih dahulu “menundukkan” keinginan kita agar bersua dan mengikuti keinginan Allah. Sebab, bagi orang beriman, tugas kita pada dasarnya mewujudkan keinginan Allah. Bukan keinginan kita. Kita sebut sebagai ibadah dan bentuk ketaatan.
Kedua, kita mengetahui bahwa tawakal adalah perintah Allah. Oleh karena tawakal perintah Allah, pasti ia baik bagi kita. Seijin Allah, pasti bisa kita laksanakan. Seijin Allah, pasti mudah kita wujudkan. Pasti, perintah tawakal, beralaskan sekaligus berpayung dan berselimut cinta serta kasih sayang-Nya.
Baca Juga : Menjalankan Perintah Allah Itu Mudah
Oleh sebab itu, perintah tawakal, pasti pas dan terukur. Seijin Allah, pasti bisa kita tunaikan. Tidak mungkin Allah membebani kita dengan perintah yang diluar kemampuan kita melaksanakannya. Tidak mungkin Allah menzalimi kita sedikitpun.
Bukan hanya itu, perintah tawakal, juga disertai petunjuk bagaimana cara dan metode melaksanakannya. Berikut tolak ukurnya. Baik secara tersirat maupun tersurat. Sehingga, seijin Allah, mudah kita tegakkan dan dapat kita monitoring serta evaluasi hasilnya. Luar biasanya, supaya kita termotivasi, Allah juga telah menyiapkan balasan, hadiah, dan bonus besar, bila kita berusaha sungguh-sungguh untuk menunaikannya.
Terakhir, meskipun Allah telah memberi segalanya, ada satu faktor lagi yang sangat penting, supaya seijin Allah, tawakal benar-benar terasa mudah untuk kita tunaikan : MEMPRAKTEKKAN, MELAKSANAKAN, dan MENJALANI. Tanpa ketiganya, tawakal tidak akan mungkin bisa terasa mudah kita tunaikan.
Sebab, mempraktekkan, mengamalkan, dan menjalani, akan melahirkan pengalaman dan ketrampilan. Kalau sudah mengalami pasti bisa menikmati. Kalau sudah terampil pasti mudah mengamalkan, tanpa harus mikir. Bila telah sampai disini, akan tumbuh rasa menyukai dan mencintai. Hanya menunggu waktu menjelma menjadi karakter dan sejatinya diri.
Jadi, mulai hari ini, ubah keyakinan kita, ubah mindset kita, ubah sikap, ubah prilaku, dan ubah perbuatan kita. Katakan MUDAH untuk tawakal! Semoga.***
2 komentar