Sabar Dahulu, Bahagia Kemudian

Oleh : Ustadz Sujarwo

Headline1, Oase256 Dilihat

Teras Malioboro News – Berakit-rakit ke hulu. Berenang-renang ke tepian. Sabar dan bersabarlah dahulu, bahagia pasti datang kemudian. Mungkin pantun ini menggambarkan buah sabar yang kita nikmati, setelah  musibah datang mewarnai kehidupan.

Bagaimana perasaan para pemilik kapal, setelah tahu ada penumpang yang nebeng tanpa bayar, justru melubangi kapal mereka? Pasti Kesal dan marah! “Terbuat dari apa hati orang ini. Sudah diberi tumpangan gratis. Bukannya berterima kasih, malah merusak!”

Bagaimana perasaan pemilik kapal tersebut, bila dalam episode selanjutnya, karena kebocoran itu, kapal tersebut jadi terhindar dari perampasan oleh pihak penguasa. Pasti mereka akan bersyukur. “Alhamdulillah, untung kapal bocor. Kalau tidak, kita akan kehilangan kapal ini. Entah bagaimana nasib kita dan keluarga.”

Kisah di atas terinspirasi dari kejadian yang termuat dalam surah Al Kahfi. Menceritakan tentang ilmu sabar. Menceritakan betapa terbatasnya pengetahuan dan penilaian kita terhadap apa yang terjadi di saat ini dan kelak di masa mendatang nanti. Bagaimana Allah bungkus kebaikan yang luar biasa di masa depan, dengan kejadian yang tampaknya tidak enak di masa sekarang.

Bunda saya, sudah memesan tiket penerbangan untuk keperluan penting dan mendesak. Tidak disangka, covid menyapa. Terpapar saat bunda menjadi trainer di sebuah pelatihan. Ada peserta yang telah terserang virus Covid, namun tidak memberi tahu. Kecewa? Iya, tentu saja!

Beberapa waktu kemudian, berita menebar di mana-mana. Sebuah pesawat mengalami kecelakaan. Seluruh isi pesawat tidak ada yang selamat. Itu adalah penerbangan dan pesawat yang seharusnya dinaiki bunda. Bagaimana perasaan bunda ketika mendengar itu? Tentu bersyukur, bahkan sangat bersyukur!

Baca Juga : Belajar Sabar Dari Para Nabi

Kisah nyata yang dialami bunda saya di atas, lagi-lagi menitipkan pesan. Betapa kita tidak tahu apa-apa. Kecuali sedikit yang Allah buka. Betapa terbatasnya penilaian kita. Tidak mampu menangkap kasih sayang yang telah Allah siapkan, melalui sebuah episode kejadian yang tidak kita inginkan.

Mari kita renungkan, betapa besar rasa syukur kita, bila saat di hari kita dibangkitkan, dikumpulkan, dan dihisab kelak. Allah mudahkan urusan kita dengan masuk surga tanpa hisab. Karena kesabaran yang kita tunjukkan sewaktu dulu musibah datang. Padahal di saat bersamaan, kita melihat banyak manusia sedang mengalami kesusahan di atas susah dan mengalami kesakitan di atas sakit. Padahal di waktu bersamaan, kita menyaksikan dan mendengarkan banyak manusia di lempar ke neraka. Diikuti suara jeritan dan teriakan kesakitan mereka yang mengiris dan menyayat.

Bila demikian, masihkah kita tidak menghormati ketetapan Allah? Masihkah kita tidak berbaik sangka terhadap keputusan Allah? Masihkah kita tidak ridho terhadap takdir Allah? Masihkah kita tidak mampu menerima kejadian yang tidak enak dengan ikhlas?

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS. 2 : 216).***

Komentar