Teras Malioboro News — Hutan Indonesia merupakan paru-paru dunia. Namun sayangnya luas hutan tropis di Indonesia terus mengalami penyusutan. Padahal hutan di Indonesia merupakan salah satu faktor penyuplai oksigen di dunia.
Guru besar Fakultas Ilmu Sosial Hukum dan Ilmu Politik Prof.Dr.Suhadi Purwantoro M.SI mengungkapkan, meskipun sebagian besar topografi di Indonesia berupa pegunungan, namun curah hujan yang tinggi membuat berbagai macam vegetasi tumbuh subur di I ndonesia. Berdasarkan catatannya, luas hutan tropis di Indonesia pada awal abad 20 terdapat sebanyak 170 juta hektar , tetapi pada tahun 2020 luas hutan menyusut sangat menjadi 90 juta hektar saja.
” Penebangan hutan besar-besaran berdampak pada pengurangan ruang peresapan air hujan, sehingga pada musim hujan terjadi banjir diberbagai wilayah. Demikian juga berkurangnya hutan dilereng pegunungan berakibat pada berkurangnya volume air dikawasan hutan dan hal itu menyebabkan volume air tanah berkurang sehingga permukaan air tanah semakin menurun diberbagai wilayah. ” ujar Suhadi dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam bidang Geografi Fisik yang berlangsung di Kampus UNY Sabtu (27/8/2023).
Baca Juga : UNY Berpartisipasi pada Ajang AHEC 2023
Dalam pidato ilmiahnya yang berjudul “ Potensi Kondisi Geografi Fisik Indonesia Untuk Mendukung Negara Maritim Yang Tangguh “ , Suhadi juga menyampaikan, luas sawah diberbagai wilayah di Indonesia diperkirakan sebanyak 7,4 juta hektar . Keluasan ini menyumbang sebanyak 32 juta ton beras nasioal setiap tahunnya.
Sedangkan sebagai negara maritim, Indonesia mempunyai berbagai macam potensi kemaritiman. Wilayah Indonesia terdapat berbagai macam cekungan laut. Akibatnya Indonesia kaya dengan cadangan minyak dan gas. Hingga tahun 2022 produksi minyak dan gas tercatat sebanyak 800 ribu barrel minya dan 1 juta barrel of oil equivalent per day (BOFPD) gas. Selain itu, Indonesia juga menghasilkan 6,3 juta ton ikan tangkap setia harinya.
Baca Juga : Mahasiswa UNY Rancang Balancing Bike Dari Serat Rami
” Meskipun demikian, Indonesia belum bisa dikatakan sebagai negara maritim, karena bangsa maritim mata pencaharian penduduknya sebagian besar berasal dari laut. Indonesia dapat kembali menjadi negara maritim yang tangguh dan sekuat kerajaan Sriwijaya , Singasari dan Majapahit jika memiliki 4 komponen negara maritim diantaranya adalah masyarakat memiliki preferensi terhadap laut, sumber daya maritim, posisi geografis dan political will dari pemerintah. ” tandas Suhadi.
Indonesdia dapat menjadi negara maritim yang Tangguh, Suhadi memandang perlu adanya Pendidikan Kemaritiman atau penambahan kurikulum kemaritiman karena pendidiian merupakan salah satu upaya meningkatkan kualiats sumber daya manusia. (*/Sulist Ds )
Komentar